Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Sumut Bukti Konflik Manusia-Harimau, Bagaimana Pencegahannya?

Kompas.com - 06/03/2018, 12:05 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Solusi

Selain itu, dalam hipotesisnya, Sunarto juga menjelaskan bahwa kasus harimau masuk kampung harus dilihat dari historinya terlebih dahulu.

"Misalnya saya berada di satu kampung tiba-tiba ada harimau, ya itu pertama-tama kita harus pelajari apakah tempat tersebut memang ada harimau atau tidak," katanya.

"Kalau misalnya selama ini ada harimau dan hanya terlihat sebentar, misalnya di kebun saat masyarakat sedang bekerja di ladang sebetulnya itu hal yang normal," tambahnya.

Namun hal itu akan berbeda jika harimau yag masuk ke kampung berada berhari-hari di wilayah tersebut.

"Tapi kalau berhari-hari, ada petugas, di Sumatera kan ada penanganan konflik (manusia-satwa liar) itu di setiap unit BKSDA biasanya ada," ujarnya.

"Jadi seharusnya masyarakat bisa melaporkan ke BKSDA untuk segera turun dan bersama-sama menangani. Minimal seperti itu," tegas Sunarto.

Apa yang disampaikan Sunarto tersebut memang adalah kondisi ideal. Tapi sering kali keadaan di lapangan jauh dari kata ideal.

Mengingat hal tersebut, Sunarto menambahkan bahwa teknis di masing-masing lokasi bisa saja berbeda.

Baca juga: Meresahkan Warga, Seekor Harimau Dibunuh dan Jadi Tontonan

"Setiap kejadian harus dievaluasi langkah yang tepat apa. Karena mengambil atau menangkap harimau pun belum tentu menjadi solusi yang terbaik," katanya.

"Karena dalam banyak kasus, kalau memang wialayah tersebut menjadi lintasan harimau atau menjadi bagian penting dari wilayah jelajah harimau, saat satu harimau diambil, individu lain akan menempati relung yang ditinggalkan atau ditinggalkan harimau yang diambil tadi," tambah Sunarto.

Untuk itu, Sunarto menambahkan, solusi peristiwa harimau masuk pemukiman memang harus disesuaikan dengan keadaan wilayah tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com