Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Zulfakriza Z
Peneliti/Dosen

Dosen Teknik Geofisika, FTTM - ITB | Peneliti pada  Kelompok Keahlian Geofisika Global - FTTM - ITB | Pengurus/Anggota Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) 

Fluktuasi Letusan dan Meneropong Isi Tubuh Gunung Sinabung

Kompas.com - 23/02/2018, 10:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pada 21 Mei 2016 letusan dan hamburan awan panas kembali terjadi dan menyelimuti sebagian wilayah di Kabupaten Karo, Sumatra Utara.

Letusan ini mengakibatkan 7 orang meninggal dunia dan korban luka sebanyak 2 orang. Letusan berlangsung 2 hari dan aktivitasnya relatif menurun pada 22 Mei 2016.

Lagi-lagi, penurunan ritme letusan bukan berarti berhenti aktivitas vulkanik. Pada 2 Agustus 2017, aktivitas vulkanik dalam tubuh Gunung Sinabung kembali meningkat.

Kolom abu vulkanik setinggi 4.200 meter keluar dari puncak gunung. Tidak ada laporan korban jiwa dari kejadian tersebut.

Terakhir, Gunung Sinabung kembali mengeluarkan abu vulkanik dengan kolom setinggi 5.000 meter pada 19 Februari 2018. Letusan yang disertai dengan suara gemuruh yang dipicu oleh gempa guguran sebanyak 14 kali.


Citra tomografi Gunung Sinabung

Melihat fenomena letusan Gunung Sinabung yang fluktuatif, tentu ada sesuatu yang terjadi di dalam tubuhnya. Setiap gunung api tersusun dari material vulkanik yang tersimpan dan terakumulasi.

Untuk kasus Gunung Sinabung, proses akumulasi material vulkanik terus berlangsung dalam kurun waktu lebih dari 400 tahun. Jangka waktu yang tidak singkat tentunya.

Sejak terjadi letusan pertama pada Agustus 2010, perhatian semua pihak fokus pada aktivitas Gunung Sinabung. Salah satunya adalah PVMBG sebagai sebuah lembaga pemerintah yang memiliki sebagian fungsinya untuk melakukan pemantauan gunung api di Indonesia.

PVMBG telah melakukan banyak hal untuk memahami dinamika yang terjadi pada Gunung Sinabung.

Beberapa instrumen dipasang di tubuh Gunung Sinabung, salah satunya adalah seismometer. Seismometer ini berfungsi untuk merekam kejadian gempa di sekitar tubuh gunung.

Rekaman kejadian gempa vulkanik (dalam/dangkal) menjadi bagian dari informasi penting untuk mengetahui tingkat aktivitas sebuah gunung.

Selain untuk monitoring aktivitas gunung api, data kejadian gempa yang direkam oleh beberapa seismometer juga dapat dimanfaatkan untuk memodelkan struktur dalam tubuh gunung api.

Seismik tomografi, itulah metode yang digunakan meneropong isi dalam tubuh gunung api. Metode ini sudah banyak diapilkasikan pada gunung api yang ada di dunia termasuk di Indonesia.

Penggambaran isi dalam tubuh Gunung Sinabung dilakukan oleh Nugraha dkk (2017). Nugraha dkk memublikasikan hasil penelitiannya pada Journal of Volcanology and Geothermal Research.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com