Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sutopo BNPB, Cerita tentang Kanker Paru dan Semangatnya yang Tak Padam

Kompas.com - 16/02/2018, 13:30 WIB
Shela Kusumaningtyas,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Dokter memintanya menanti perkembangan pemeriksaan dari Malaysia. Proses analisis EFGR memang butuh waktu lebih dari tiga mingguan, bisa sampai empat minggu.

“Saat ini masih tindakan disinar. Kalau untuk kemoterapi harus atau enggak, masih menunggu hasil EFGR dari Malaysia,” ujarnya.

Selain pengobatan medis, Sutopo juga mengambil opsi alternatif yakni pengobatan herbal. Setiap hari, ia meminum jus racikan sang istri yang terbuat dari aneka rempah dan sayuran. Jus tersebut biasanya berisi bawang putih hitam, buah naga, wortel, dan campuran rempah lain.

Tetap Bekerja

Meski menderita kanker paru, Sutopo menyatakan tetap akan bekerja seperti biasa, memberikan informasi kebencanaan.

"Diniatkan ibadah. Saya akan bekerja seperti biasa, melayani wartawan yang akan wawancara," katanya.

Sutopo sempat absen ketika jakarta sibuk dengan banjir beberapa waktu lalu. Dia mengaku menyesal karena masyarakat kurang mendapatkan informasi secara cepat dan akurat.

Meski tetap bekerja, Sutopo pun harus berkompromi dengan kondisi fisiknya. Untuk wawancara misalnya, dia akan memilih dilakukan di kantornya, bukan di studio media massa.

Sutopo pun akan mengurangi intensitas bepergian ke luar kota agar kondisi fisiknya tetap stabil.

Pola makan Sutopo pun kini dubah. Dia mulai mengganti menu makan sehari-hari menjadi kaya sayuran dan minim protein hewani.

Seperti yang dibawa pada Kamis (15/2/2018), bekal Sutopo adalah brokoli, bayam merah, serta potongan telur rebus tanpa kuningnya.

Sutopo sejauh ini juga menjajal buah merah, sarang semut, dan aneka pemberian kolega yang peduli dengan dirinya.

“Dokter ketika saya tanyai, selalu mengatakan tidak apa-apa makan semua. Kecuali daging-daging dikurangi. Selama ini bingung terlalu banyak baca soal mana yang boleh atau enggak. Banyak juga dengar dari orang sekitar tentang yang dipantang,” tutupnya. 

Baca juga : Kanker Paru-paru di Asia Sulit Dijinakkan, Ahli Temukan Sebabnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com