Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanker Paru-paru di Asia Sulit Dijinakkan, Ahli Temukan Sebabnya

Kompas.com - 15/02/2018, 11:52 WIB
Michael Hangga Wismabrata,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ilmuwan dari A*STAR's Genome Institute of Singapore (GIS) dan ahli tumor dari National Cancer Centre Singapore (NCCS), menemukan bahwa tumor pada pasien paru-paru di wilayah Asia memiliki variasi genetik yang tinggi.

Hal ini membuat peneliti menyadari alasan mengapa tumor mengalami resistensi meskipun sudah diberi obat untuk mengambat perkembangan tumor.

Studi yang terbit di Nature Communications ini menyarankan para ahli dan tim medis untuk memberikan perawatan dengan pendekatan lebih khusus dan detail terhadap kanker paru non sel kecil atau NSCLC. 

Baca Juga: Kanker Paru-paru Bisa Menyerang Anak, Orangtua Perlu Introspeksi

Salah satu karakter penyakit kanker paru-paru pada orang Asia adalah adanya mutasi gen EGFR3, atau reseptor faktor pertumbuhan epidermal.

Gen ini juga dikenal sebagai gen penangkal tumor yang memiliki kemampuan mengatur dan mengendalikan siklus sebuah sel.

Menurut penelitian, mutasi pada gen ini ternyata terjadi pada hampir 50 persen pasien kanker paru-paru di Singapura. Obat yang diharapkan mengendalikan pertumbuhan kanker, ternyata efeknya tidak bertahan lama. Pasien kambuh lagi dalam hitungan bulan dan mengalami resistensi obat.

"Studi tentang kompleksitas genetik tumor pada pasien Asia telah memberi kita wawasan baru mengapa mereka cepat mengembangkan resistansi setelah pemberian anti-EGFR. Kami juga menemukan bahwa tumor dengan tingkat mutasi yang tinggi akan lebih resisten terhadap obat," kata Dr. Axel Hillmer, Principal Investigator di GIS dan tergabung dalam penelitian ini.

Baca Juga: Bisakah Berhenti Merokok Buat Paru-paru Sehat Kembali?

Penemuan ini memungkinkan peneliti melakukan analisis terperinci, menyimpulkan bahwa tumor paru-paru pada pasien Asia lebih kompleks daripada yang diperkirakan sebelumnya," kata Dr. Rahul Nahar, koordinator penelirian dikutip dari Medicalexpress, Selasa (13/2/2018).

Profesor Ng Huck Hui, Direktur Eksekutif GIS, mengatakan bahwa analisis subtipe NSCLC ini unik dan telah menghasilkan wawasan dan arahan penelitian baru. Penemuan seperti ini akan terus membuka jalan untuk mengembangkan perawatan yang semakin tepat.

Dr. Daniel Tan, ahli tumor dari NCSS, menyarankan adanya penelitian lanjutan terkait formula obat kanker paru-paru tersebut.

"Pekerjaan berikutnya perlu difokuskan untuk mengidentifikasi kombinasi obat atau strategi pengobatan, yang memperhitungkan kemampuan tumor untuk menyesuaikan diri dengan perawatan yang berbeda, "kata Dr. Daniel Tan, Konsultan Onkologi Medis Senior di NCCS dan juga penulis dari makalah ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau