Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Faktor Risiko Kanker Paru lewat Kasus Humas BNPB Sutopo

Kompas.com - 14/02/2018, 20:30 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Selain merokok dan lingkungan, ternyata gaya hidup tidak sehat juga bisa membuat seseorang terserang kanker paru. Misalnya saja, sering terpapar asap rokok karena jadi perokok pasif.

Genetik

Sebagian orang secara genetik memiliki risiko kanker paru. Mutasi genetik spesifik itu sering ditemui pada pasien kanker paru yang tidak merokok. Mereka yang memiliki keluarga dekat menderita kanker paru yang tidak merokok juga beresiko tinggi menderita penyakit yang sama.

Kebanyakan pasien kanker paru yang bukan perokok adalah kaum wanita. "Secara anekdoktal, kami melihat makin banyak pasien wanita yang tak pernah merokok tapi terdiagnosis kanker paru, dibandingkan dengan 10 tahun lalu," kata Dr.Michael Beckles, konsultan respiratori dari Royal Free Hospital.

Apa yang menyebabkan kondisi tersebut belum sepenuhnya diketahui. Tetapi para ilmuwan menduga ada kaitannya dengan faktor genetik yang dikombinasikan dengan paparan zat-zat pemicu kanker, misalnya asbestos, gas radon, bahan pelarut, asap buangan mesin diesel, hingga asap rokok orang lain.

Faktor Risiko Utama

Meski banyak faktor yang menjadi pemicu kanker paru, tapi faktor risiko utama penyakit ini tetaplah merokok.

Dalam laporan Harian Kompas pada Mei 2017, dokter spesialis paru di Rumah Sakit MRCCC Siloam Semanggi, Sita Laksmi mengatakan bahwa perokok aktif berisiko 13,6 kali lipat. Sedangkan perokok pasif berisiko 4 kali lipat terkena kanker paru.

Dengan kata lain, hingga saat ini, merokok merupakan faktor risiko utama dari kanker paru.

Laporan tersebut juga menjelaskan bahwa rokok mengandung zat yang membuat kacanduan, bersifat racun, dan memicu kanker. Dari semua pasien yang ditangani oleh Sita di Rumah Sakit Persahabatan Jakarta 73 persen pria dan 43 persen perempuan adalah perokok aktif.

Baca juga: Mengapa Bukan Perokok Bisa Kena Kanker Paru?

Sisanya, penderita kanker paru merupakan perokok pasif.

Hal ini juga diamini oleh Elisna. Dia menyebut bahwa tingginya insiden baru kanker paru tidak bisa dilepaskan dari prevalensi merokok masyarakat.

"Satu dari tiga penderita kanker paru adalah perokok aktif," ujarnya.

Tak Semua Perokok

Tapi kemudian menjadi tanda tanya besar mengapa tak semua perokok terkena kanker paru?

Menurut Elisna, memang tidak 100 persen perokok terkena kanker. Hal ini karena perjalanan penyakit kanker panjang (menahun) sehingga masih ada fase yang bisa dikembalikan menjadi normal.

"Tubuh kita punya kemampuan untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan, termasuk merespon perubahan sel normal yang menjadi abnormal karena rokok. Kemampuan itu tidak sama pada tiap orang," kata ahli penyakit paru dari RS Persahabatan Jakarta ini dalam acara media diskusi di Jakarta (10/2/2017).

"Kemampuan tubuh untuk membunuh sel-sel abnormal itu sangat dipengaruhi oleh nutrisi, daya tahan tubuh, serta co-faktor lain. Kalau kemampuan selnya bagus, maka selamatlah orang itu dari kanker," imbuh Elisna.

Dia juga menjelaskan bahwa orang yang berhenti merokok di fase pra-kanker ini juga sangat membantu meningkatkan kemampuan tubuh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com