Otak depan sendiri diketahui terkait dengan relevansi motivasi, keuntungan/kerugian, kecanduan narkoba, dan regulasi emosi.
"Aktivasi daerah yang terlibat dalam kecanduan narkoba dapat membantu menjelaskan perilaku obsesif yang terkait dengan putus cinta," tuli laporan tersebut dikutip dari American Physiological Society, Rabu (01/07/2010).
Sayangnya, rasa kecanduan ini membuat kita sulit untuk menghentikannya. Lisa Bobby, direktur klinis dari Growing Self Counseling and Life Coaching menyebut bahwa ini merupakan bagian dari reaksi biologis.
"Memiliki kontak seperti melihat foto atau membaca teks dari mantan akan memberi Anda lonjakan endorfin," kata Bobby dilansir dari New York Magazine, Jumat (14/11/2014).
Baca juga: Sulit Melupakan Mantan Termasuk Gangguan Jiwa?
Exaholic
Kecanduan seperti ini bisa menimbulkan reaksi ekstrem yang disebut Boby sebagai Exaholic.
"Exaholic tidak bersedih, mereka terjebak dalam obsesi kerinduan yang terus menerus. Exaholic juga akan mengalami masalah dengan konsenrasi, mood, kurang minat terhadap suatu aktivitas, serta berkurangnya produktivitas dan persahabatan pasca putus cinta," kata Bobby.
Bobby juga menyebut orang yang menjadi exaholic bahkan membiarkan kesedihan dan obsesinya terhadap mantan mengambil alih kehidupan pribadi dan sosialnya.
Oleh karena itu, Bobby menyarankan untuk melepaskan kecanduan tersebut. Membatasi stalking mantan dengan menghapusnya dalam daftar pertemanan di media sosial adalah salah satu caranya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.