Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Akademisi dan Al Quran Memandang soal Bumi Datar?

Kompas.com - 01/02/2018, 17:30 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

Selain itu, AR menyebut bahwa seluruh benda langit yang terlihat dari bumi berbentuk bulat. Kemudian dia mempertanyakan mengapa bumi berbeda.

"Lha wong bulan, merkurius, venus, seluruh planet di alam semsesta itu bulat. Kok bumi datar sendiri?" ujar pria yang menjadi Ketua Umum Astrofotografi Indonesia tersebut.

Menambahi pendapat AR, Agus juga menanggapi pertanyaan ini. Dia menyarankan para peserta untuk melihat kembali video tentang bumi datar.

"Berapa siang dalam video flat erath? Kan itu hanya seperempat saja, bagian bumi yang terang hanya seperempat saja?" kata Agus.

"Artinya apa, artinya karena itu seperempat, kalau (sehari) penuh 24 jam berarti siang di bumi itu di ekuator berapa jam menurut flat earth?" tanya Agus kepada para peserta.

Para peserta menjawab pertanyaan Agus dengan menyebut 6 jam.

"Pernahkah kita mengalami siang 6 jam?" Tanyanya lagi.

Belum sempat mendapat jawaban dari peserta, Agus mengatakan,"Tidak pernah!"

Baca juga: Konferensi Bumi Datar Pertama Digelar, Apa Isinya?

Agus juga mengatakan bahwa tanpa perlu melakukan pengamatan dengan teleskop atau kamera pun bisa membuktikan bahwa flat earth atau bumi datar tidak benar.

"Selain itu, tadi disinggung (oleh AR) bahwa semua obyek langit kan bulat. Kalau bulat kok cahayanya bulat juga, mestinya kan cahayanya ke segala arah," kata Agus.

"Jadi kalau menurut flat earth itu mestinya semua permukaan bumi kena cahaya, kecuali matahari tidak berbentuk bulat atau bola, tapi berbentuk setolop," imbuhnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, setolop adalah lampu yang ditutup dengan tabung kaca.

"Tapi kalau berbentuk setolop, karena teori 6 jam tadi sudah salah, di video tentang bumi datar itu ditambahi gambar lain, lalu setengah piringan itu jadi siang," ujarnya.

"Itu makin kacau lagi, bayangkan setolop di arahkan ke tembok ternyata cahayanya jadi lurus. Itu berarti ada hantu di situ," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com