Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Akademisi dan Al Quran Memandang soal Bumi Datar?

Kompas.com - 01/02/2018, 17:30 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com — Ilmu pengetahuan dan agama sering kali dianggap tak sejalan. Namun, sebuah seminar sehari Al Quran dan sains bertajuk "Menalar Ayat-ayat Semesta, Mengintip Ayat-ayat Lagit" yang dihadiri Kompas.com di Pondok Pesantren Assalam, Solo pada Rabu (31/01/2018), mencoba menepis anggapan tersebut.

Seminar yang berdurasi 4 jam tersebut membahas bagaimana ilmu pengetahuan tentang alam di dalam Al Quran. Pemaparan para nara sumber, yaitu KH Agus Purwanto Dsc dan AR Sugeng Riyadi, mendapat sambutan hangat para peserta.

Beberapa pertanyaan pun dilontarkan peserta. Salah satunya bagaimana bumi datar di dalam Al Quran.

Menanggapi pertanyaan tersebut, AR Sugeng Riyadi yang juga Kepala Pusat Astronomi Assalam menyebut bahwa dia sempat membuat video yang ditayangkan dalam channel Youtube Da'Wa Video tentang bumi datar.

Baca juga: Quraish Shihab Bicara Soal Bumi Datar Hingga Kencing Unta

"Bumi kok datar, koyo tampah wae. (Dalam pandangan bumi datar) pusatnya bumi itu di tengah-tengah alasannya karena kutub utara itu di atasnya ada bintang polaris," ujarnya menjelaskan tentang pandangan bumi datar.

"Logika seperti itu saja bisa menenggelamkan jutaan orang, ya karena lemahnya ilmu yang dibilang jalan sunyi," imbuhnya.

Selanjutnya, AR menunjukkan foto star trails yang dia abadikan di Gunung Bromo beberapa waktu yang lalu.

Star trails yang diabadikan oleh AR Sugeng Riyadi Star trails yang diabadikan oleh AR Sugeng Riyadi

"Itu foto, bukan lukisan tangan saya. Itu adalah Allah sendiri yang menciptakan," ujarnya.

"Kutub langit selatan ada, pasti kutub bumi selatan juga ada. Hancur sudah teori Flat Earth (FE) yang berapa juta teori," imbuhnya.

Dia juga menyebut bahwa hal ini bisa dibuktikan dengan mudah dalam aktivitas sehari-hari kita, yaitu dengan melihat matahari.

"Kalau susah ke Bromo, lihat saja matahari terbit. Dipotret saja pake sembarang kamera. Saat matahari di tengah, dipotret. Saat terbenam dipotret lagi," kata AR.

"Itu ukurannya tetap. Maka, teori bahwa matahari itu tidak terbit dan hanya menjauh-mendekat sudah runtuh," sambungnya.

AR menjelaskan bahwa bumi bulat dibuktikan dengan melihat fenomena alam. Selain itu, ayat di Al Quran pun menyebutkan hal demikian.

Baca juga: Demi Buktikan Bumi Datar, Pria Ini Akan Tunggangi Roket Buatannya

"Untuk membuktikan itu semuanya kata kuncinya adalah 'Allamahul Bayan (Surah Ar-Rahman: 4). Apa itu bayan? Asshyamsu walqomaru bikhusbaan (Surah Ar-Rahman: 5)," katanya.

"Matahari itu amati, bulan itu amati," ujar AR.

Selain itu, AR menyebut bahwa seluruh benda langit yang terlihat dari bumi berbentuk bulat. Kemudian dia mempertanyakan mengapa bumi berbeda.

"Lha wong bulan, merkurius, venus, seluruh planet di alam semsesta itu bulat. Kok bumi datar sendiri?" ujar pria yang menjadi Ketua Umum Astrofotografi Indonesia tersebut.

Menambahi pendapat AR, Agus juga menanggapi pertanyaan ini. Dia menyarankan para peserta untuk melihat kembali video tentang bumi datar.

"Berapa siang dalam video flat erath? Kan itu hanya seperempat saja, bagian bumi yang terang hanya seperempat saja?" kata Agus.

"Artinya apa, artinya karena itu seperempat, kalau (sehari) penuh 24 jam berarti siang di bumi itu di ekuator berapa jam menurut flat earth?" tanya Agus kepada para peserta.

Para peserta menjawab pertanyaan Agus dengan menyebut 6 jam.

"Pernahkah kita mengalami siang 6 jam?" Tanyanya lagi.

Belum sempat mendapat jawaban dari peserta, Agus mengatakan,"Tidak pernah!"

Baca juga: Konferensi Bumi Datar Pertama Digelar, Apa Isinya?

Agus juga mengatakan bahwa tanpa perlu melakukan pengamatan dengan teleskop atau kamera pun bisa membuktikan bahwa flat earth atau bumi datar tidak benar.

"Selain itu, tadi disinggung (oleh AR) bahwa semua obyek langit kan bulat. Kalau bulat kok cahayanya bulat juga, mestinya kan cahayanya ke segala arah," kata Agus.

"Jadi kalau menurut flat earth itu mestinya semua permukaan bumi kena cahaya, kecuali matahari tidak berbentuk bulat atau bola, tapi berbentuk setolop," imbuhnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, setolop adalah lampu yang ditutup dengan tabung kaca.

"Tapi kalau berbentuk setolop, karena teori 6 jam tadi sudah salah, di video tentang bumi datar itu ditambahi gambar lain, lalu setengah piringan itu jadi siang," ujarnya.

"Itu makin kacau lagi, bayangkan setolop di arahkan ke tembok ternyata cahayanya jadi lurus. Itu berarti ada hantu di situ," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com