Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mendung, "Super Blue Blood Moon" Tak Tampak di Solo dan Yogyakarta

Kompas.com - 01/02/2018, 11:49 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com - Mendung di Kota Solo dan Jogja membuat warga tidak bisa menyaksikan fenomena "Super Blue Blood Moon".

Seperti di kota lain, warga Solo pun sangat antusias untuk mengamati pemandangan menakjubkan dari semesta. Warga sudah mulai berdatangan ke Observatorium Pondok Pesantren Modern Islam (PPMI) Assalam di Sukoharjo, Jawa Tengah, sejak pukul 18.30 WIB.

Tak menunggu lama, mereka segara menuju ke lantai 6 Gedung Assalam Center, tempat ruang observatorium berada. Meski saat itu rintik hujan turun, warga tetap sabar menunggu dan berharap langit cerah agar dapat menyaksikan fenomena Gerhana Bulan Total (GBT) Perige.

Dua dari 15 teleskop sudah disiapkan oleh Club Astronomi Santri Assalam. Kepala Pusat Astronomi Assalaam, AR Sugeng Riyadi, berkata bahwa pengamatan gerhana bulan total terhalang oleh cuaca buruk di wilayah Solo dan sekitarnya.

"Tadi mulai jam 15.00 (WIB) turun hujan deras selama satu jam. Setelah itu reda namun masih rintik-rintik kecil hingga Rabu petang. Mendung tebal juga terjadi hampir di seluruh wilayah Soloraya," kata Sugeng di Observatorium Assalam, Rabu malam (31/1/2018).

Baca Juga: Kontroversi Istilah "Super Moon", "Blood Moon", dan "Blue Moon"

Sugeng berkata, sejak pukul 19.00 WIB sebenarnya bulan sudah mulai sedikit tersentuh oleh bayangan umbra bumi sehingga menutupi permukaan bulan. Sayang, pemandangan itu tidak dapat disaksikan sama sekali karena langit mendung.

"Fase umbra dimulai pukul 19.52 WIB sebagai awal, sedangkan puncaknya terjadi pada pukul 20.30 WIB, lalu fase umbra berakhir pada pukul 21.08 WIB. Lalu jam 21.08 hingga 22.11 WIB berangsur-angsur merahnya memudar," sambungnya.

Hal yang sama juga terjadi di Jogjakarta. Mutoha Arkanuddin seorang astronom amatir dari Jogja Astro Club berkata bahwa kondisi langit yang mendung menghalangi pengamatan fenomena semalam.

"Faktor cuaca memang menjadi kendala utama yang tidak bisa dihindari oleh ilmuwan atau pecinta astronomi untuk mengamati gerhana. Tetapi hal ini tidak melemahkan semangat untuk tetap mendekatkan astronomi ke masyarakat luas. Masih ada kesempatan lagi untuk pengamatan gerhana baik yang total atau sebagian," kata Mutoha yang melakukan pengamatan dari Alun-alun Utara Keraton Jogjakarta, Rabu (31/1/2018).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau