Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Penentuan 1 Syawal Tak Semudah Prediksi Super Blue Blood Moon?

Kompas.com - 31/01/2018, 18:30 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

"Karena ada hadis (tentang penentuan 1 Ramadhan dan 1 Syawal) yang mengatakan Summu Li Ru'yatihi. Li Ru'yatihi-nya itu dipahami bisa harus dilihat dengan mata, boleh dengan alat, boleh cukup menghitung, itu sudah," ujarnya.

"Kalau gerhana kan gak usah, kalau melihat gerhana ya hanya dihitung," sambung AR.

Perbedaan lain yang ditegaskan oleh AR adalah tentang hukum ibadah saat gerhana dan Ramadhan.

"Sholat gerhana hukumnya sunah. Puasa kan wajib," ungkapnya.

"Rigid-rigid ibadah ini tidak bisa dipukul rata. Sehingga urusan ibadah harus ada rujukannya, urusan civil tidak harus ada rujukan," imbuhnya.

Menurut AR, fenomena alam seperti gerhana bulan termasuk dalam ini masuk ranah umum. Karena itu, tidak pernah ada perbedaan pendapat dari kalangan umat Islam.

Baca juga: Mau Abadikan Super Blue Blood Moon? Ini Triknya

"Walaupun mungkin seperti yang saya singgung tadi (saat seminar), kalau pas mendung, ada yang berpendapat tidak perlu sholat gerhana. Tapi ada pula yang menyebut sholat gerhana dilakukan pun tidak masalah, toh dihitung cukup," ujarnya.

Pendapat sedikit berbeda diuangkapkan oleh K.H Agus Purwanto, dosen Fisika ITS yang juga menjadi pembicara dalam seminar tersebut. Agus menyebut alasan mengapa penentuan 1 Syawal sering berbeda adalah karena perbedaan kriteria dan penafsiran haditsnya.

"Itu karena perbedaan dalam penerimaan kriteria, lalu perbedaan pada penafsiran hadist yang berisi Summu Li Ru'yatihi," kata penulis buku Menalar Ayat-ayat Semesta tersebut.

"Ada yang menerima saklek seperti itu, tapi ada orang yang melakukan semacam lompatan pemikiran karena ada hadist lain yang menjadi illat atau alasannya kenapa kok orang harus rukyat," sambungnya.

Agus juga menjelaskan bahwa sebenarnya penentuan awal bulan dalam kalender Hijriah bisa diprediksi.

"Begitu alasannya terpenuhi karena sudah banyak ahli astronomi, sebenarnya bisa diprediksi dengan akurat," ujar pemilik TrenSains Group itu.

"Karena bisa diprediksi dengan akurat, mestinya sejak awal sudah ditentukan," imbuhnya

"Itu ada pandangan mutakhir yang seperti itu ya itu terhadap pemahaman hadistnya. Perbedaannya di situ," tegas Agus.

Baca juga: Selain Super Blue Blood Moon, Ini yang Akan Terlihat di Langit Nanti

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau