Jarak bulan dan bumi bervariasi dan hal itulah yang mengubah cara manusia memandang ukurannya. Apoge adalah titik paling jauh, sementara perige adalah paling dekat.
"Jika Anda membandingkan bulan di saat dia berada di titik apogee dan ukurannya paling kecil dengan saat berada di titik perige, maka akan ada perbedaan diameter maksimum bulan sebesar 14 persen. Ini bukan hal yang bisa diperhatikan oleh mata manusia," jelas Espenak.
Istilah blue moon atau bulan biru
"Istilah bulan biru yakni dua purnama pada bulan yang sama juga sebenarnya sangat tergantung pada lokasi di mana Anda berada. Mungkin Anda bisa mengalami bulan biru, tetapi orang lain di belahan dunia lain belum tentu mengalami hal yang sama," ujar Espenak.
"Sungguh, ini adalah konstruksi manusia. Bulan tidak menciptakan kalender, manusia yang melakukannya," katanya.
Baca juga : Setelah 150 Tahun, Super Blue Blood Moon Lahir Lagi, Apa Itu?
Fenomena besok
Menurut para ilmuwan, fenomena yang akan muncul besok cukup disebut sebagai gerhana bulan, sebuah kejadian luar biasa yang dapat diamati tanpa satu pun peralatan.
Petro menjelaskan, besok bulan hanya akan berada di titik yang sangat dekat dengan bumi, dan mungkin di beberapa wilayah itu akan menjadi bulan purnama kedua dalam satu bulan kalender, yang mungkin berwarna oranye, merah, atau kecoklatan.
Rukman Nugraha, peneliti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), juga berpendapat tentang hal ini melalui laman Facebook-nya. Dia mengatakan, lebih baik menyebutnya sebagai GBT Perige saja.
"Karena memang terjadi gerhana bulan total saat bulan berada di posisi terdekatnya dengan bumi (perige). Blue moon-nya? Terserah saja (mau disebut apa). Blue moon, green moon, bulan-bulanan juga boleh kok," tulisnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.