Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tikus-tikus di Indonesia Ini Punya Tampilan Unik, Seperti Apa?

Kompas.com - 26/01/2018, 18:09 WIB
Resa Eka Ayu Sartika

Penulis

KOMPAS.com - Tikus identik dengan hewan yang menjijikkan dan kotor. Tapi beberapa tikus punya penampilan yang unik dan tak biasa.

Beberapa di antaranya adalah tikus-tikus unik tersebut berada di Indonesia. Tikus-tikus ini ditemukan oleh para peneliti Indonesia, yang beberapa di antaranya bekerja sama dengan para ilmuwan dunia.

Hal ini tentu menambah biodiversitas di Indonesia. Dirangkum Kompas.com, inilah 6 tikus unik di Indonesia.

1. Tikus Hidung Babi

Tikus hidung babi (Hyorhinomys stuempkei)Museum Victoria/LIPI Tikus hidung babi (Hyorhinomys stuempkei)

Tikus ini ditemukan oleh Tim ilmuwan dari Museum Zoologi Bogor, Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Lousiana State University, dan Museum Victoria.

Lokasi penemuan tikus yang satu ini pun terbilang tak biasa. Pasalnya, ia ditemukan di hutan perawan wilayah Tolitoli, Sulawesi.

Dalam publikasi di Journal of Mammalogy edisi Oktober 2015, tikus ini diberi nama Hyorhinomys stuempkei. Nama genus "Hyorhinomys" diambil dari kata "hyro" yang berarti "babi", "rhino" yang berarti "hidung", dan "mys" yang berarti "tikus".

Selengkapnya: Kisah Ilmuwan Indonesia Menemukan Tikus Hidung Babi di Hutan Perawan

2. Tikus Berkumis Kambola

 

KambolaAnang S Achmadi/LIPI Kambola

Sekilas mungkin tikus ini tak terlihat berbeda dengan tikus lain pada umumnya. Tapi jika dilihat lebih dekat, tikus yang ditemukan di Gandang Dewata, Sulawesi Barat ini memiliki kumis yang cukup panjang.

"Jadi seperti berkumis. Seperti anjing dan kucing," kata Anang S Achmadi, peneliti LIPI, ketika dihubungi Kompas.com, Senin (16/5/2016).

Tikus ini mempunyai nama lokal kambola. Kambola merupakan jenis tikus arboreal, yaitu tikus yang menghabiskan sebagian waktu hidupnya di pepohonan, tak seperti tikus umumnya yang hanya di atas tanah.

Selengkapnya: Ke Gandang Dewata, Ilmuwan Ungkap Adanya Tikus Berkumis

3. Tikus Berkumis Lewa-lewa

Lewa-lewaAnang S Achmadi/LIPI Lewa-lewa

Saat melakukan Ekspedisi Widya Nusantara di Gandang Dewata, para peneliti tak hanya menemukan Kambola. Mereka juga menemukan spesies tikus berkumis lain yang punya nama lokal lewa-lewa.

Lewa-lewa punya rambut ekor yang lebat dan rambut tubuh berwarna kecoklatan. Ujung rambut tikus ini mirip dengan rambut manusia yang di highlight, berwarna kemerahan.

Tak hanya itu, ujung moncong Lewa-lewa meruncing.

"Kemungkinan masuk dalam tikus cecuruit Sulawesi, secara morfologi mirip dengan Melasmothriz naso, harus dibuktikan dengan analisis molekuler," jelas Anang.

Selengkapnya: Ke Gandang Dewata, Ilmuwan Ungkap Adanya Tikus Berkumis

4. Tikus Berduri

Halmaheramys bokimekotJon Fieldsa Halmaheramys bokimekot

Tikus berduri ini ditemukan di Halmahera. Selanjutnya, tikus ini disebut tikus berduri Boki Mekot, sesuai nama tempat penemuannya.

Tikus unik yang satu ini ditemukan lewat proyek penelitian dari ilmuwan University of Copenhagen dan Museum Zoologi Bogor, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Dalam publikasi di Zoological Journal of the Linnean Society, tikus bernama latin Halmaheramys bokimekot ini tak sekedar spesies baru melainkan juga genus baru.

Seperti namanya, tikus jenis baru yang ditemukan ini memiliki bulu-bulu yang keras menyerupai duri. Bagian punggung tubuhnya berwarna coklat dengan ujung ekor berwarna putih serta bagian perut yang kelabu terang.

Selengkapnya: Setelah Hiu Berjalan, Kini Halmahera Punya Tikus Berduri

5. Tikus Raksasa Berbisa

Solenodon paradoxusWIKIPEDIA Solenodon paradoxus

Tikus besar ini disebut berbisa karena mengeluarkan air liur beracun. Tikus raksasa ini ditemukan di Kutai Timur, Kalimantan Timur.

Beberapa ahli menduga bahwa tikus yang baru ditemukan tersebut adalah Solenodon, jenis tikus primitif raksasa berbisa yang sangat langka. Namun, kalangan ilmuwan membantahnya.

Tikus itu justru diyakini tikus bulan (Echninosorex gymnura).

Anang S Achmadi, peneliti tikus dari Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengatakan bahwa ada perbedaan mendasar antara Solenodon dan tikus bulan.

"Solenodon itu tikus primitif," katanya.

Dia juga menambahkan bahwa belum pernah ada Solenodon yang ditemukan di Indonesia. Sementara itu, tikus bulan lebih kecil walaupun memiliki kesamaan karena memakan serangga serta memiliki liur beracun.

Selengkapnya: Mengenal Solenodon, Si Tikus Raksasa Berbisa

6. Tikus Akar

Tikus akar ini pertama kali ditemukan di Gunung Gandang Dewata. Uniknya, tikus ini tak memakan daging melainkan akar.

Hal ini ditegaskan dari pembedahan isi perutnya. Ini pula yang membuatnya dinamai Gracilimus radix.

Menurut publikasi di Journal of Mammalogy, Gracilimus berarti ramping, radix berarti akar.

"Kita namakan tikus akar karena memang membedah perutnya, kita banyak menemukan material tumbuhan, terutama akar," ungkap Anang, salah satu ilmuwan yang menemukan tikus unik ini kepada Kompas.com, Jumat (8/4/2016).

Selengkapnya: Tikus Aneh dari Gandang Dewata Memakan Akar untuk Hidup

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com