Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Betlehem Bukan Hanya Kota Kelahiran Kristus, Sejarahnya Menakjubkan

Kompas.com - 26/12/2017, 18:30 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Mereka bisa menanam kacang almond, tumbuhan pertama yang bisa diolah, dan pohon zaitun. Selain itu, rumput hijau juga tersedia untuk domba peliharaan.

"Gaya hidup ini memberi mereka waktu luang untuk bisa duduk dan memikirkan seks dan akhirnya mengukir beberapa patung," katanya.

3. Kota subur dengan air melimpah

Menurut Blincoe, sejak zaman dulu Betlehem merupakan kota subur yang melimpah dengan almond dan zaitun. Dia juga menjadi kota yang memiliki sumber air besar dan dapat menyuplai Yerusalem sejak 200 SM.

Di zaman dulu, air kota Yerusalem terkontaminasi oleh darah hewan yang digunakan untuk persembahan. Akhirnya sumber air di Yerusalem didatangkan dari Betlehem.

"Ini adalah kota benteng untuk beberapa desa. Itulah sebabnya mengapa dalam Alkitab dikisahkan air pencicip terbaik berasal dari Betlehem," jelasnya.

Tentang sumber airnya yang melimpah, 2.300 tahun lalu masyarakat Betlehem sudah membangun waduk. Tiga waduk raksasa yang dikenal dengan Kolam Salomo dibangun di selatan Betlehem. Hingga kini waduk itu masih ada.

4. Tempat ziarah tidak dibuat oleh gerejawan melainkan wanita romawi

"Saya terpesona mengetahui Betlehem dibuat tempat ziarah Kristen bukan oleh gerejawan, tapi oleh wanita Romawi. Dia adalah Santa Helena dengan warisan arsitekturalnya," kata Blincoe.

Santa Helena yang merupakan ibu Kaisar Konstantin, menjadi wanita kaya raya dan seorang perempuan Kristen yang sangat berpengaruh.

Wanita Romawi yang kaya raya, pada zaman dulu tidak bisa menggunakan kekuatannya untuk politik. Sehingga banyak dari mereka memilih menyebarkan agama.

Santa Helena termasuk dari wanita itu. Saat dia berkuasa, dia melakukan peziarahan melalui Turki dan Timur Tengah sampai tiba di Yerusalen dan Betlehem. Dalam perjalanan itu, dia pun membangun gereja.

Gereja yang dibangun di Betlehem berbeda dari yang lain. Saat dia melihat gua kecil dengan palungan keramik yang dipercaya sebagai tempat lahirnya Kristus dan sudah dikunjungi oleh orang-orang sejak dua abad sebelum kedatangannya, dia kemudian membangun gereja.

Dia menggali gua, membuka bagian atasnya, memasang atap, dan membangun bangunan bulat dengan balkon. Dengan dibangunnya gereja ini oleh Helena, secara tidak langsung Helena telah menempatkan Betleham sebagai pusat sejarah di dalam peta.

Baca juga : Trik Psikologi di Balik Belanja Natal yang Bikin Kantong Kering

Sayangnya, bangunan itu kini sudah tidak ada karena pembakaran yang dilakukan orang Samaria karena pemberontakan. Meski sudah tidak ada gerejanya, gua itu masih ada hingga kini, walau bentuknya sudah berubah.

6. Rumah bagi para pengungsi

Sejarah yang tersimpan di dalam Betlehem tidak hanya itu. Bahkan Blincoe mengatakan bahwa sepanjang sejarah, Betlehem selalu menyimpan kejutan. Salah satunya, kota ini sudah dijadikan rumah bagi pengungsi sejak awal abad 20.

Orang-orang Armenia dan Suriah yang melarikan diri dari bencana yang datang karena kelahiran negara Turki pindah ke Betlehem. Sekitar tahun 1948, orang-orang Palestina yang melarikan diri dari serangan Israel pun memilih Betlehem.

Tidak heran jika Blincoe menyebut Betlehem sebagai kota penyambut peziarah dan pedagang, dan kota yang ramah untuk pengungsi.

"Setiap gelombang telah mengubah Betlehem, tapi kota ini tetap bertahan. Saat ini di Betlehem ada orang Israel dan Palestina dengan jumlah yang sama, dan orang-orang Palestina tidak akan pernah pergi," tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com