Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hujan Lebat dan Angin Kencang Akan Warnai Natal dan Tahun Baru

Kompas.com - 19/12/2017, 11:30 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan akan terjadi hujan sedang hingga lebat serta angin kencang menjelang perayaan Natal 2017. Kondisi akan berlangsung hingga awal Januari 2018.

Saat menjelang perayaan Natal, yakni pada tanggal 19-23 Desember 2017, potensi hujan sedang hingga lebat akan terjadi di sejumlah daerah, antara lain di Aceh bagian barat, pesisir Sumatera Selatan, Banten, Pesisir utara Jawa, Sulawesi Selatatan, Nusa Tengara Barat, dan sebagian daerah di Nusa Tenggara Timur.

Kemudian, pada periode perayaan Natal, 24-26 Desember 2017, perkiraan BKMG mencatat bahwa hujan lebat hingga sedang terjadi di pesisir selatan Sumatera Utara dan Sumatera Barat, NTB, NTT, Sulawesi Tengah, dan Papua bagian tengah.

Selain itu, menjelang perayaan tahun baru, tanggal 25-31 Desember 2017 fenomea serupa terjadi di pesisir utara Jawa, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, dan Maluku.

Lalu, pada awal tahun hingga 7 Januari 2017 akan terjadi di Aceh, pesisir barat Sumateram Jawa Tengah, DIY Yogyakarta, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, dan NTT.

Baca Juga : Siklon Cempaka dan Banjir Gunung Kidul, Apa Dampaknya bagi Biota Goa?

“Angin kecang dengan kekuatan lebih dari 20 knot juga berpotensi terjadi di beberapa wilayah Indonesia, meliputi Laut Cina Selatan, Laut Natuna, Laut Jawa, Laut Banda, Samudera Hindia selatan Jawa Tengah, dan NTB,” kata Kepala Bagian Hubungan Masyarakat BMKG Hary Tirto Djatmiko di komplek BMKG, Jakarta, Senin (18/12/2017).

Harry menuturkan, angin kencang tersebut berdampak pada peningkatan gelombang laut. Gelombang setinggi 2,5-6 meter terjadi di Perairan Kepulauan Anambas – Kepulauan Natuna, Laut Natuna, Laut Jawa bagian tengah dan timur, selatan Makassar bagian selatan, peraiaran Kepulauan Talaud, dan perairan utara Halmahera. Sedangkan gelombang 6-7 meter terjadi di Laut Cina Selatan dan Laut Natuna utara.

Menurut Hary, kondisi itu dapat terjadi meski siklon tropis telah menghilang dari wilayah Indonesia. Fenomena ini disebabkan karena adanya suplai massa udara lembab dari Samudera hinda sebelah barat Indonesia yang masuk ke wilayah Indonesia.

“Kedua, adanya aliran udara dari utara yang masuk ke wilayah Indonesia. Ditambah dari (angin) selatan, ditambah lagi perlambatan angin atau belokan angina. Semua ini menimbulkan potensi pembentukan dan pertumbuhan awan hujan yang cukup signifikan,” kata Hary.

Kondisi ini juga didukung dengan musim hujan yang terjadi di Indonesia. Puncak musim hujan terjadi pada bulan Desember hingga Februari. Untuk daerah di selatan khatulistiwa, puncak musim hujan terjadi dari bulan Desember hingga Januari.

Baca Juga : Menalar Fenomena Danau Dadakan akibat Siklon Cempaka di Gunung Kidul

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com