Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Piet Hitam, Sahabat Sinterklas yang Kontroversial?

Kompas.com - 24/12/2017, 17:06 WIB
Dani Prabowo,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

Jadi, sebelum abad ke-19, Sinterklas memiliki peran ganda. Di satu sisi, dia adalah karakter yang baik dan suka berbagi kepada anak-anak baik. Namun di sisi lain, dia juga bisa menjadi karakter jahat untuk menakut-nakuti anak-anak nakal.

Baru pada abad ke-19, berdasarkan narasi ini, seiring munculnya semangat kewarganegaraan dan identitas nasional di Belanda, munculah kebutuhan yang beragam dari tradisi Sinterklas.

Karakter Sinterklas Hitam ditiadakan dan diganti oleh pelayan setianya yakni Piet Hitam yang tidak hanya berperan membawa kantung berisi permen dan kado, tetapi juga menegur anak-anak.

Namun di luar narasi itu, ada pula narasi yang menyatakan bahwa asal usul Piet Hitam tidak lepas dari sejarah perbudakan kolonial. Narasi ini menyatakan bahwa Piet Hitam adalah warisan kolonial yang pada hakikatnya merupakan stereotip rasis kepada orang kulit hitam di abad ke-19.

Penganut narasi ini percaya bahwa karakter Piet Hitam diciptakan untuk melegitimasi perbudakan. Seperti diketahui, Belanda adalah salah satu negara yang lekat dengan perbudakan sebelum menyatakan menghapus praktik kotor itu pada 1863.

Baca juga : Terbukti dari Abad ke-4, Inikah Tulang Panggul Sinterklas?

Buku anak-anak karya Jan Schenkman yang mengenalkan sosok Piet Hitam sendiri terbit pada 1850, atau 13 tahun sebelum Belanda menyatakan menghapus praktik perbudakan.

Lantaran hal itu, tokoh Piet Hitam dipandang sebagai simbol hubungan kekuasaan di masyarakat Belanda untuk menyatakan adanya pengecualian sosial kepada orang kulit hitam.

Kontroversi

Kini, dua abad setelah buku karya Jan Schenkman terbit, Piet Hitam menjadi tokoh yang dicintai sekaligus ditentang. Kontroversi teman, pembantu, atau pelayan Sinterklas itu menjadi perbincangan publik.

Rodenberg dan Wagenaar menyebut, tiga narasi awal di atas biasa digunakan oleh mereka yang pro-Piet Hitam untuk melawan orang-orang yang mengklaim tokoh itu sebagai gambaran praktik perbudakan.

Selain itu, tiga narasi tersebut juga digunakan untuk mengecilkan atau menolak adanya hubungan Piet Hitam dengan masa Kolonial Belanda.

Bahkan, mereka yang pro dengan Piet Hitam menyatakan bahwa desakan untuk mengubah gambaran teman Sinterklas itu sama saja dengan mengahancurkan tradisi lama masyarakat Eropa.

Di sisi lain, sebagian orang Belanda sendiri menentang tokoh Piet Hitam. Piet Hitam dengan muka hitam, rambut kribo, dan bibir merahnya dinilai sama saja dengan tradisi Blackface di Amerika Serikat. Keduanya dinilai sebagai representasi dari praktik rasisme, tetapi Blackface sudah dihilangkan ketika era hak-hak sipil di AS menguat.

Pada 2014 lalu, demonstrasi anti Piet Hitam berujung bentrok antara pengunjuk rasa dan pihak Kepolisian di Gouda, Belanda. Setahun sebelumnya, penentang Piet Hitam menggugat walikota Amsterdam karena mengizinkan festival tahunan Sinterklas.

Pengadilan Amsterdam lantas memutuskan bahwa izin yang diberikan oleh walikota tidak sah. Selain itu, pengadilan Amterdam juga menyimpulkan bahwa sosok Piet Hitam memang stereotip rasis orang kulit hitam.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau