Beberapa siswa tak luput dari hukuman itu. Contohnya saja Ki Hadjar Dewantara yang pernah dihukum dikurung di kamar selama dua hari karena menyalakan petasan. Lain lagi dengan Soetomo yang nyaris dikeluarkan dari STOVIA karena terlalu aktif berorganisasi.
Baca Juga : Dokter Ungkap Tantangan Atasi Penyakit Langka di Indonesia
Pendirian STOVIA
Pendirian sekolah dokter tak lepas dari sebuah peristiwa yang terjadi pada tahun 1800an. Saat itu wabah menyerang Jawa. Pemerintah Hindia Belanda yang merasa kewalahan menanganinya kemudian mengusulkan untuk mendirikan Sekolah Dokter Jawa pada tahun 1847 untuk mengatasi kondisi tersebut.
Meski lulusannya bergelar dokter, tetapi sebenarnya siswa dididik untuk menjadi ahli vaksin atau mantri.
"Mendatangkan dokter dari Belanda itu mahal dan belum tentu mereka mau ke Hindia Belanda. Terlebih lagi waktu yang lama hingga akhirnya tiba di Hindia Belanda," ujar Dieka ditemui Kompas.com seusai presentasi.
Seiring dengan perkembangan serta kebutuhan untuk pelayanan medis, Sekolah Dokter Jawa berubah nama menjadi School tot Opleiding van Indische Artsen atau Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera (STOVIA) pada tahun 1902 dengan masa pendidikan selama 9 tahun. Lulusannya mendapat gelar Dokter Bumiputera.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.