Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Tragis dari Bangkai Kapal Batavia dan Kejamnya Perompak

Kompas.com - 10/12/2017, 20:30 WIB
Monika Novena

Penulis

Pada akhir 1980an, nelayan di Pulau Beacon menggali saluran pembuangan dari kamar mandi dan mereka menemukan tulang manusia. Lantas pada tahun 1994, arkeolog mulai menggali situs tersebut dan menemukan tiga kerangka orang dewasa, remaja, anak kecil serta bayi.

"Sebanyak 10 individu telah ditemukan di bagian utama pulau Beacon dalam tiga tahun terakhir. Ini memberikan informasi baru yang berharga," kata Daniel Franklin  arkeolog dari University of Western Australia dikutip dari National Geographic, Kamis (7/12/2017).

Baca juga : Menyingkap Misteri Kapal VOC yang Karam dalam Perjalanan ke Batavia

Rencana lain untuk meneliti tragedi kapal Batavia juga diungkapkan oleh Liesbeth Smits, antroplog dari University of Amsterdam.

Ia berencana mengukur komposisi elemen makanan pada kerangka yang baru ditemukan dan mengetahui apa yang dimakan korban. Dengan menggunakan teknik ini, ia berharap dapat melacak asal penumpang. Banyak penumpang Batavia ternyata tidak hanya berasal dari Belanda saja namun juga Skandinavia, Inggris, Prancis dan Jerman.

Seperti diketahui, tahun 1620-an, Eropa berada dalam pergolakan Perang Tiga Puluh Tahun yang mengerikan. Belanda juga masih berjuang dalam perang kemerdekaannya selama beberapa dekade melawan Spanyol.

Saat itu, perang berkepanjangan membuat warga memilih untuk melarikan diri dan bergabung dengan Perusahaan Hindia Timur Belanda merupakan sebuah jalan keluar yang beresiko.  Hanya satu dari tiga orang Eropa yang melakukan perjalanan pernah kembali selamat.

"Orang pindah dimana ada peluang. Mereka bisa di beri  makan dan cukup dibayar dengan baik, jika beruntung mereka juga punya uang lebih," kata Jeremy Green, kepala arkeologi kelautan Western Australian Museum.

Baca Juga: Kapal Inggris Rusak 1.600 Meter Persegi Terumbu Karang Raja Ampat

Dalam kasus Batavia, Smits berkata "Anda tahu persis apa yang terjadi pada mereka dan betapa mengerikannya hal itu, [jadi] itu memang mendekati, tapi Anda selalu tetap objektif,". 

Studi ini masih akan terus berlanjut. Rencananya tahun depan tim peneliti akan menerbitkan artikel ilmiah mengenai temuan mereka dan menjelaskannya dalam publikasi tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com