KOMPAS.com - Banyak cerita mengejutkan dibalik bangkai kapal Batavia yang karam di pulau Beacon, lepas pantai Australia Barat.
Setidaknya ada lima mayat penumpang Batavia yang ditemukan di tempat itu. Mayat-mayat ditemukan berjajar dengan kondisi terikat dan anehnya tidak ada bekas tanda kekerasaan di tubuh mereka.
Bisa jadi korban meninggal karena dehidrasi setelah karam dan sekaligus mencegah upaya "liar" bagi korban yang selamat untuk bertahan. Mereka saling mengikat.
Lima awak kapal Batavia tersebut merupakan awak dari kapal perusahaan Hindia Belanda yang berlayar pada tahun 1629. Dalam dalam perjalanannya dari Belanda ke Jawa, kapal tersebut justru karam di perairan Australia.
Ini tak hanya sekedar kapal Batavia yang karam, masih ada kisah tragis dibalik itu.
Baca Juga : Kisah Batavia yang Dijuluki Kota Tahi oleh Prajurit Mataram
Sudah menjadi buah bibir, para penumpang Kapal Batavia sering dirompak dan dibunuh oleh para perompak saat berada di daerah Morning Reef , tak jauh Pulau Beacon.
Arkeolog menemukan tanda-tanda kekejaman perompak di kuburan massal di sebuah pulau di bagian barat Australia.
Salah satunya adalah sebuah kerangka tanpa kepala milik seorang pria. Diduga dijagal perompak lalu tubuh korban diseret ke tempat kuburan massal.
Arkeolog menjelaskan bahwa komandan kapal, Francisco Pelsaert, meninggalkan kapal untuk mencari sumber air terdekat. Sayangnya, dirinya harus turun kapal selama tiga bulan untuk mencari sumber air bagi kru kapalnya.
Hal ini memancing seorang pedagang bernama Jeronimus Cornelisz yang terkenal tamak untuk mengambil alih kapal dan melakukan serangkaian pembunuhan. Tak terkecuali perempuan dan anak-anak.
Kekejian baru berakhir setalah Pelsaert kembali ke kapal dan akhirnya melumpuhkan Cornelisz dan para pemberontak pengikut Cornelisz dieksekusi.
Tapi semuanya sudah terlambat. Dari 282 penumpang, total ada 115 orang yang meninggal dan kebanyak diantaranya dibunuh. Pulau Beacon pun mendapat julukan Kuburan Batavia atau "Pulau Pembantaian".
Bagi Jeremy Green, kepala arkeologi maritim di Museum Western Australian, hal tersebut mengundang tanya. "Ini cerita yang cukup aneh, bukan? Saya belum pernah membaca sesuatu yang seburuk itu,"kata pria yang sudah mempelajari bangkai kapal Batavia selama lebih dari 40 tahun.
Penelitian mengenai kapal ini memang sudah dilakukan oleh para arkeolog selama beberapa dekade. Dalam rentang waktu tersebut beberapa korban kapal ditemukan.