"Hal itu mungkin saja, tapi sangat jarang terjadi," ujar Fuentes.
Baik Arnedo dan Fuentes, keduanya memiliki catatan p,ribadi terkait ikatan yang tumbuh antara manusia dan monyet.
"Jika Anda banyak menghabiskan waktu dengan mereka (monyet), Anda seperti menjadi bagian dari kelompok," kata Arnedo.
Menurutnya sama seperti manusia, primata juga membentuk kelompok berdasarkan faktor lingkungan dan kepribadiannya.
Baca Juga : Jangan Ditanyakan Lagi, Ini Alasan Kera Tidak Berevolusi Jadi Manusia
Misalnya, kelompok monyet yang tinggal di daerah rawan perburuan mungkin akan memusuhi manusia. Hal ini berbeda dengan kehadiran manusia yang kerap memberi makan.
Alasan manusia bisa 'berteman' dengan kelompok monyet, kedua ilmuwan ini setuju hal ini karena bocah ini kerap memberi makanan pada monyet. Selain itu, karena bocah ini masih kecil membuatnya tidak menakutkan. Hal ini lain cerita jika manusia itu sudah dewasa.
"Kami tahu monyet dapat membedakan mana laki-laki dan perempuan, atau anak kecil dan orang dewasa. Kami bahkan berpikir monyet dapat mengetahui kewarganegaraan seseorang yang terlihat dari pola perilaku yang berbeda," ujar Fuentes.
Meski demikian, mereka mengingatkan akan terjadi hal yang tidak diinginkan jika terlalu dekat dengan monyet liar. Mulai dari potensi gigitan dan penyakit, hal lain yang ditakutkan adalah berubahnya pola mencari makan dan perilaku alami. Tetap menjaga jarak disebut cara terbaik untuk mengamati satwa liar.
Berikut ini rekaman 'persahabatan' monyet dan manusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.