Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sains Tunjukkan Bagaimana Autis Merespons Bau, Hasilnya Tak Terduga

Kompas.com - 29/11/2017, 18:06 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com -- Banyak orang mengenal penderita autisme sebagai orang yang memiliki kesulitan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dua arah.

Biasanya, kurangnya kemampuan ini dianggap karena penderita autisme tidak mampu membaca ekspresi wajah lawan bicara.

Namun ternyata, sifat autisme tidak hanya berhubungan dengan ketidakmampuan membaca isyarat visual. Sebuah penemuan terbaru membuktikan bahwa indera penciuman juga memainkan peran penting dalam kehidupan sosial penderita autisme.

Laporan yang dibuat para peneliti dari Weizmann Institute of Science di Nature Neuroscience menyebutkan bahwa orang dengan autisme memiliki reaksi berbeda atau bahkan berlawanan terhadap bau dari tubuh manusia lainnya.

BACA: Evolusi Pertahankan Gen Autisme agar Manusia Lebih Cerdas

Seperti dikutip dari Science Daily, Senin (27/11/2017), bau-bau yang dimaksud ini sebenarnya bau yang tidak kita sadari, tetapi merupakan bagian dari komunikasi nonverbal antara manusia.

Profesor Noam Sobel dari departemen Neurobiology di institusi tersebut menyelidiki bau-bau yang muncul dari emosi seseorang.

Sebagai contoh adalah "bau ketakutan". Meski kita tidak dapat mengetahui baunya secara pasti, tetapi bau ini bentuk komunikasi sosial yang dapat membuat kita bereaksi.

Dari sinilah, Sobel dan tim penelitiannya terdorong untuk mencari tahu apakah hal yang sama juga dapat dirasakan oleh mereka yang memiliki gangguan sosial seperti autisme.

Untuk meneliti hal tersebut, Sobel dan koleganya merancang percobaan yang melibatkan relawan autisme yang berfungsi tinggi dan relawan tanpa autisme untuk mengidentifikasi bau yang diketahui secara sadar, termasuk bau keringat manusia.

Dalam tahap ini, para peneliti tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dan menunjukkan bahwa mereka memiliki indera penciuman yang normal.

BACA: Belajar Renang Bisa Menyelamatkan Hidup Anak Autisme

Seklanjutnya, mereka diminta untuk mencium dua jenis bau keringat manusia. Bau pertama yang merupakan bau ketakutan diambil ketika orang-orang mengambil kelas terjun payung, sedangkan bau kedua diambil ketika orang-orang yang sama sedang berolahraga tanpa rasa takut.

Di sinilah muncul perbedaannya. Meski kedua kelompok tidak dapat secara sadar membedakan kedua bau itu, tubuh mereka menunjukkan respons yang berlawanan.

Pada kelompok relawan normal, saat mereka mencium keringat yang disebabkan rasa takut, maka muncul respons ketakutan yang dilihat dari konduktivitas kulit. Sementara itu, saat mencium keringat setelah olahraga, tidak ada perubahan respons yang muncul.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau