KOMPAS.com - Banyak misteri masih terpendam di hamparan padang pasir Timur Tengah. Pelan namun pasti, ilmuwan mencoba menguak misteri-misteri tersebut dengan teknologi foto udara.
Ratusan struktur batu yang berumur ribuan tahun tersebar di hampir seluruh wilayah Timur Tengah. Bentuk strukturnya bermacam-macam. Ada yang seperti lapangan, gerbang lapangan, layang-layang, liontin, dan roda. Ini merupakan kekayaan arkeologi yang cantik dan misterius di wilayah daratan dan padang pasir di Timur Tengah serta Afrika Utara.
Seorang profesor emiritus Arkeologi dan Sejarah Romawi, David Kennedy, konsisten melakukan penelitian di Timur Tengah selama hampir dua dekade terakhir.
Kennedy yang juga pendiri dari Arsip Fotografi Aerial untuk Arkeologi di Timur Tengah (APAAME) menjelaskan bahwa penelitiannya sangat terbantu dengan adanya teknologi satelit, Google Earth, dan pengintaian udara dari pesawat yang terbang rendah di lokasi penemuan.
Baca juga: Dari Langit, Tampak 400 Struktur Misterius di Arab Saudi, Apakah Itu?
Salah satu yang bergabung dalam penelitiannya adalah Abdullah al-Sa'eed yang menghubunginya pada 2008. Sa'eed merupakan seorang dokter medis yang mengeksplorasi lapangan lava besar bernama Harret Khaybar menggunakan Google Earth. Dia bersama timnya, Tim Gurun, di Riyadh sudah mengunjungi berbagai situs dengan citra satelit.
Dikutip dari Live Science, keberhasilan Kennedy dan timnya mendapat akses meneliti sejumlah struktur batu atau bangunan kuno di Timur Tengah tidak lepas dari pengaruh media.
"Artikel saya di Live Science mendapat perhatian besar dari media internasional. Akhirnya, saya diundang ke Arab Saudi, yang dikenal tidak terbuka untuk survei dari udara, atau mengambil gambar udara. Bulan lalu, Arab Saudi mengizinkan saya terbang melintasi lokasi arkeologi yang luas untuk pertama kalinya," kata Kennedy pada hari Minggu (12/11/2017) di Live Science.
Keterbukaan Arab Saudi terhadap penelitian foto udara di wilayahnya merupakan prestasi besar. Hal ini tak lepas dari sejarah politik yang melarang adanya pengintaian udara saat negara Timur Tengah mencapai kemerdekaan.
Baca juga: Sempat Tersisih, Ternyata Benda Kecil Ini Artefak Kuno Yunani
Lambat laun, teknologi foto udara mulai diberi ruang dan diterima. Sejak 2008 ruang tersebut semakin banyak dan dimanfaatkan oleh banyak orang untuk mengamati lanskap yang sebelumnya hanya ada di foto peta.
Kondisi ini menggerakkan masyarakat, khususnya para amatir, yang tertarik untuk mencari foto udara di atas negara Arab Saudi yang luasnya 2 juta kilometer persegi.
Struktur kuno
Kennedy mengatakan, dia dan timnya juga telah menerbitkan artikel tentang sisa arkeologi di aliran lava Arab secara utuh. Mereka menemukan situs sampai ratusan ribu dengan ukuran raksasa sampai ratusan meter. Sayang, situs tersebut masih menjadi teka-teki terkait tujuan pembuatannya.
Perlu diketahui, lanskap arkeologi yang luas tersebut pertama kali dilaporkan pada tahun 1920-an di wilayah Yordania dan Suriah. Peninggalan berupa bebatuan tersebut ditemukan paling banyak di bagian utara, dan muncul dalam jumlah besar di sebagian tanah tandus yang membentang di Semenanjung Arab.
Belakangan, tanah tandus di Arab Saudi menarik banyak perhatian. Bisa karena ketidaktahuan mereka atau kuantitas jumlah dan jenis situs yang menakjubkan. Beberapa tanah tandus sangat berbeda dari yang sudah lama diketahui di Yordania.
"Penelitian saya tentang Arab Saudi sejak 2009 fokus pada tanah tandus di barat laut negara tersebut. Saya menemukan "ruang" gambar resolusi tinggi untuk liontin, roda dan piramida dari batu kasar di Harret Rahat, timur laut Jeddah. Ada 917 layang-layang di Harret Khaybar dan hampir 400 gerbang, sebagian besar di daerah Harret Khaybar. Juga ada berbagai jenis situs yang ditemukan di berbagai padang lava," kata Kennedy.
Baca juga: Berusia 3.200 Tahun, Prasasti Kuno Mengungkap Misteri Manusia Laut
Semua penemuan didapat dengan bantuan Google Earth, dan terkadang menggunakan Bing Maps. "Ruang" virtual ini adalah alat yang luar biasa untuk memenuhi peran tradisional pengintaian udara konvensional. Ini menjawab pertanyan mengapa kita butuh Google Earth.
Google Earth menjadi alat yang berguna karena memberi kemudahan untuk menandai pengaturan situs, pengukuran, penggambaran, serta menghasilkan peta distribusi untuk interpretasi.
Kelemahannya, gambar berupa dua dimensi, dan resolusi terbaik bisa sangat kabur saat diperbesar. Detilnya hilang, dan beberapa situs secara efektif tidak terlihat karena berbagai alasan.
Seperti yang selalu terjadi, pengintaian udara harus disertai pengamatan langsung di darat sebanyak mungkin. Idealnya, ada tiga hal yang ada di arkeologi udara, yaitu survei udara, gambar satelit, dan pengamatan langsung. Dalam beberapa tahun terakhir, situasi ideal itu dimungkinkan hanya di negara MENA, Yordania.
Peran Foto Udara
"Sejak 1997, foto udara diambil sebagai bagian dari proyek yang disebut Aerial Archeology in Jordan (AAJ). Lebih dari 100 ribu foto udara sudah diarsip APPAME untuk diteliti. Saya diminta untuk mempelajari struktur sebuah lokasi hingga sekarang. Lokasi tersebut masih di Arab Saudi," katanya.
Dinamika arkeologi di wilayah Timur Tengah menggugah Arab Saudi untuk terbuka pandangannya. Ada kemungkinan Arab Saudi akan menjadi negara MENA kedua yang mendukung program reguler arkeologi udara untuk menemukan, merekam, memantau dan meneliti ratusan ribu situs di negara itu.
Kennedy mengatakan, saya mendapat undangan untuk mengunjungi Al-Ula di barat laut Arab Saudi. Oasis Al-Ula terkenal karena menyimpan sisa-sisa suksesi budaya awal dan peradaban yang lebih baru, yang dipenuhi pohon kurma sampai 2 juta pohon.
Bersama koleganya, pakar geologi Don Boyer dari Komisi Kerajaan Al-Ula, Kennedy terbang menggunakan helikopter selama 15 jam dan mengambil hampir 6.000 foto dari 200 situs yang telah dikatalogkan menggunakan Google Earth selama beberapa tahun.
Dengan mengombinasikan seluruh data yang ada, termasuk hasil interpretasi dari foto-foto Google Earth, invesitasi di darat, dan survei dari udara; Kennedy berharap untuk dapat mengungkap sejarah warisan Al-Ula dan memperluas penggunaan metode ini.
"Keberhasilan program arkeologi dari udara yang sistematik di daerah Al-Ula bisa menjadi pelajaran dan mencetuskan inisiatif untuk memetakan situs-situs arkeologi di Arab Saudi," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.