JAKARTA, KOMPAS.com -- Sejarah kerajaan Majapahit menjadi ramai diperbincangkan setelah sebuah klaim mengenai nama asli Patih Kerajaan Majapahit, Gajah Mada, menjadi viral di media sosial. Dalam klaim tersebut, disebutkan bahwa nama asli Gajah Mada adalah Gaj Ahmada dan Majapahit bukanlah Kerajaan Hindu, melainkan Kesultanan Islam.
Walaupun baru viral, intisari dari pemikiran itu berasal dari sebuah buku berjudul Kesultanan Majapahit: Fakta Sejarah yang Tersembunyi karya Herman Sinung Janutama yang dipublikasikan pada tahun 2010 lalu. Karya itu muncul kembali pada tahun 2014 dengan judul yang dimodifikasi menjadi Fakta Mengejutkan Majapahit Kerajaan Islam.
Salah satu argumen yang diungkapkan dalam buku tersebut adalah adanya koin berwarna emas yang terpatri dengan kalimat syahadat. Koin itu disebut berasal dari era Majapahit.
MELURUSKAN SEJARAH !!! Kesultanan Islam Majapahit & Patih Muslim Gaj Ahmada (Gajah Mada) https://t.co/MDHLys3Hz9 pic.twitter.com/axPZNcQt8M
— Mas Piyu (@maspiyuuu) June 14, 2017
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Andi M Said berkata bahwa Majapahit memang memiliki koin yang digunakan sebagai alat pembayaran.
“Iya, itu koin yang digunakan pada saat kerajaan Majapahit. Di semua masa kerajaan Majapahit ada koin sebagai alat tukar,” kata Andi saat dihubungi pada hari Senin (19/6/2017).
Selain koin, Andi berkata bahwa masih ada puluhan peninggalan Majapahit lainnya yang bernuansa Islam di Trowulan. Salah satunya adalah nisan bertuliskan bahasa Arab.
(Baca juga: Ada Tulisan Arab pada Nisan, Bisakah Jadi Bukti Kesultanan Majapahit?)
“Tapi bukan berarti Majapahit itu Islam ya. Itu hanya bagian akhir dari Majapahit, saat itu memang pengaruh islam sudah masuk dengan datangnya berbagai pedagang dari Arab, Persia, dan China di akhir masa Majapahit," kata Andi menegaskan.
Dia menceritakan, kehidupan Majapahit saat itu sangat multikultural. Dari terakota peninggalan Majapahit, tidak hanya terdapat rupa wajah orang melayu, tetapi ada juga wajah orang China, Arab, dan Eropa.
Untuk itu, yang tersisa tidak hanya koin bertuliskan bahasa Arab saja, tetapi ada pula koin dari bangsa China. “Ada koin China. Bentuknya lebih kecil, sebagai alat pembayaran yang sah juga pada zaman itu. (Lalu) ada koin Majapahit (yang) lebih besar dari koin China,” ujarnya.
Andi menilai, cukup meragukan bila Majapahit disebut berbentuk Kesultanan. Hal itu terlihat dari relief dan arca peninggalan Majapahit. Padahal, dalam Islam, ukiran berbentuk atau menceritakan manusia tidaklah diperkenankan. “Karena kita tahu dalam konsep Islam, Nabi Ibrahim diceritakan menghancurkan arca yang di dekat kabah,” katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.