Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/11/2017, 16:35 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

Sumber SPACE.COM,bgr

KOMPAS.com- Baru-baru ini, sebuah penelitian yang dilakuan di Universitas Teknologi Swinburne dan Universitas Nasional Australia menemukan keberadaan sebuah galaksi kuno. Bahkan, galaksi ini dianggap sebagai nenek moyang galaksi spiral modern seperti Bima Sakti.

Penemuan ini juga diharapkan untuk membuka rahasia tentang galaksi Bima Sakti.

"Galaksi spiral sangat langka di alam semesta awal, dan penemuan ini membuka pintu untuk menyelidiki bagaimana galaksi beralih dari ketidakteraturan menjadi cakram yang teratur dan tipis seperti galaksi Bima Sakti kita sendiri," Renyue Cen, co-author penelitian ini dan astronom senior di Universitas Princeton dikutip dari Space.com, Selasa (7/11/2017).

Para peneliti memberi nama galaksi kuno tersebut A1689B11. Galaksi ini merupakan temuan terbaru para astronom yang menyakini galaksi tersebut adalah yang tertua dan terantik dalam kurun waktu 11 miliar tahun.

Baca juga: Ketika Ribuan Galaksi "Foto" Bersama di Langit Bumi

Galaksi kuno ini sendiri berjarak sangat jauh dari bumi. Selain itu, galaksi kuno tersebut diperkirakan paling tua karena alam semesta sendiri diperkirakan baru berusia 13-14 miliar tahun dan terbentuk setelah peristiwa Big Bang.

Galaksi ini diklaim tidak hanya kuno, namun juga antik. Untuk mengetahui keberadaannya saja, para peneliti membutuhkan kerja keras dan mengeluarkan seluruh pengetahuan tentang matematika dan teknologi mutakhir.

Bukan hal mudah untuk menemukan galaksi kuno, juga mengungkap umur atau jaraknya. Peneliti sudah mengalami kesulitan saat memecahkan masalah cahaya untuk jarak galaksi.

Dikutip dari BGR pada Selasa (7/11/2017), sesungguhnya, lokasi A1689B11 dikaburkan oleh sebuah gugusan galaksi besar yang letaknya menghalangi titik pandang manusia di Bumi.

Untung saja, pengaruh gravitasi memecahkan masalah pengamatan para astronom tersebut. Gravitasi mempengaruhi posisi sumber cahaya yang berada di belakang gugusan galaksi besar, menciptakan efek lensa gravitasi.

Di dalam posisi tersebut, astronom dapat melihat sebetulnya arah cahaya diperbesar saat membengkok di sekitar objek dan berlanjut pada arah yang kira-kira sama dengan awalnya.

Baca juga: Galaksi Ini adalah "Hantu" di Semesta, 99,99 Persen Materinya Tak Kasat Mata

Kondisi ini yang memungkinkan ilmuwan melihat jelas informasi galaksi kuno tersebut. Gambar yang ditangkap lewat lensa gravitasi juga memberikan gambarannya sangat jelas tentang formasi spiral lama dapat ditentukan.

Para ilmuwan berharap A1689B11 dapat memberi lebih banyak pengetahuian tentang formasi beberapa galaksi spiral paling awal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau