Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanker Bisa Dilawan, Djap Kie Nam Telah Membuktikannya

Kompas.com - 04/11/2017, 19:06 WIB
Shierine Wangsa Wibawa

Penulis

“Jadi tidak boleh berbohong, harus selalu jujur, dan memberikan harapan. Salah jika semua pasien yang masuk diberi tahu bahwa mereka bisa sembuh,” katanya.

Setelah dokter menentukan apakah pasien punya kanker atau tidak, di bagian mana kanker berada, dan di stadium berapa; dokter kemudian harus mengarahkan pasien.

“Pasien punya pilihan untuk percaya atau tidak. Jika pasien percaya, dia meletakkan perawatannya di tangan dokter dan dokter akan melakukan yang terbaik untuknya. Namun, dia juga bisa mencari dokter lain. Jadi, yang paling penting adalah, apakah ada kepercayaan dalam interaksi,” kata Dr Ang.

Arahan untuk Djap

Untuk kasus kanker seperti Djap, sebenarnya ada banyak pilihan perawatan. Ada operasi besar, di mana kanker diangkat dan lambung ditarik kembali ke esofagus. Selain itu, ada juga kemoterapi, radioterapi, atau bahkan obat-obatan tradisional China.

Namun, Dr Ang memilih untuk menyarankan kemoterapi dahulu yang menurut dia memiliki kemungkinan besar untuk membersihkan kanker Djap tanpa operasi.

“Ada banyak cara menangani pasien. Kalau aku sangat sederhana. Seandainya pasien ini adalah saudara atau ayah saya, bagaimana cara terbaik supaya dia tetap hidup. ‘Sebagai dokter, karena aku bukan Tuhan, inilah yang terbaik untuk Anda’,” ujar Dr Ang.

Ternyata, hasilnya sangat baik. Setelah tiga kali kemoterapi, kanker Djap mulai tidak terlihat, dan setelah kemoterapi ke empat, Djap sehat hingga sekarang.

Dr Ang menuturkan, Anda mungkin tanya, kok bisa Djap hidup, tapi pasien lain dengan perawatan yang sama (malah) mati? Ada tiga faktor yang menentukan hidup dan mati: komponen medis atau dokter, komponen pasien, dan komponen Tuhan.

Baca juga : Benarkah Konsumsi Gula Dapat Memperburuk Kanker?

Untuk komponen pertama, pertanyaannya adalah apa kemajuan sains dalam menangani penyakit ini, dan apakah dokter telah menggunakan dosis dan perawatan yang tepat?

Komponen kedua adalah pasien dan dukungan keluarganya.

“Pasiennya sendiri harus memiliki mental yang kuat. ‘Saya tidak mau mati. Saya akan terus melawan dan terus hidup. Saya sebenarnya tidak nafsu makan, tapi akan saya paksa karena saya mau sembuh. Meskipun saya lelah, saya terus latihan supaya sembuh.’,” jelas Dr Ang.

Lalu, bagaimana bila Anda tidak seberuntung Djap dan tidak memiliki dukungan keluarga yang kuat?

Anda bisa mencari layanan seperti CanHope dari PCC yang menyediakan konseling dan mengadakan aktivitas bersama support group, serta memberikan saran terkait asupan nutrisi, rehabilitasi, dan edukasi terkait penyakit kanker.

“Ada pasien yang tidak butuh rehabilitasi karena punya mental dan dukungan yang kuat, tetapi ada juga yang butuh konseling. Setelah sembuh pun, ada pasien yang jadi takut akan makanan dan khawatir bila penyakitnya kembali lagi,” kata Dr Ang.

“Terkadang pasien hanya butuh bicara dengan pasien lain agar tahu bahwa mereka tidak sendirian,” sambungnya.

Sementara itu, komponen ketiga adalah Tuhan. Dr Ang meyakini bahwa meskipun dokter dan pasien telah berusaha, terkadang kematian memang sudah ditakdirkan.

“Sebuah bangku untuk berdiri harus punya setidaknya tiga kaki. Di sini, kakinya adalah dokter, pasien, dan Tuhan,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com