Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kadal Raksasa Berkembang Pesat di Perkebunan Sawit Borneo

Kompas.com - 30/10/2017, 08:30 WIB

Namun mamalia-mamalia tersebut sulit bertahan hidup di perkebunan. Kurangnya tutupan membuat suhu udara meningkat dan keragaman tanaman yang rendah memengaruhi rantai makanan. Kadal tentu saja tahan panas, dan adanya makanan tambahan dari sampah manusia membuat biawak air bisa bertahan, tumbuh mencapai ukuran yang mengerikan dan jumlah yang besar.

Lanskap yang dipenuhi kadal raksasa yang berkeliaran, segera saja menjadi ajang pertarungan. Tidak seperti kadal kecil yang menyelesaikan perselisihan mereka dengan lambaian tangan halus, kibasan ekor atau kepakan dewlap (kulit leher), biawak air menggunakan cara yang lebih kuno: berkelahi. Mereka berdiri dengan kaki belakang mereka yang berotot, perut bertemu perut dan bergulat, mereka mencabik, mencakar, menggigit dan menyerang, hingga salah satunya menyerah.

“Kelangsungan hidup yang paling kuat” inilah yang mendorong spesies jantan mencapai ukuran yang luar biasa. Namun ini juga salah satu alasan mengapa habitat yang rusak seperti kebun sawit bisa menjadi perangkap ekologis.

Baca Juga: Video Langka Tampilkan Makhluk Unik Campuran Kadal dan Ular

Ketersediaan makanan yang mudah dari lokasi sampah manusia atau hewan peliharaan menarik lebih banyak biawak jantan, menghasilkan rasio seks yang sangat tidak seimbang. Meningkatnya kompetisi untuk tempat utama di perkebunan berarti mereka menghabiskan banyak energi, dan menghadapi risiko cedera serius untuk mempertahankan wilayah dan berkelahi dengan pejantan lainnya. Meningkatnya beban parasit karena populasi yang padat mengurangi kebugaran keseluruhan individu, dan di samping beban energi bagi biawak dewasa, meningkatnya kepadatan spesies yang memangsa remaja, sangat mengurangi kesempatan spesies muda mencapai usia dewasa.

Saat ini, kadal raksasa ini tampak sehat. Dari semua hewan besar pemakan bangkai asli Kalimantan, mereka adalah spesies satu-satunya yang telah sukses beradaptasi dengan perkebunan. Namun dalam jangka panjang, kulminasi dari efek samping mungkin dapat membuat biawak air bernasib sama dengan beruang dan mamalia lainnya yang dulu menghuni ruang yang kini didominasi oleh kelapa sawit.

PhD Candidates di University of Belfast

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com