Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mati karena Patah Hati Itu Nyata, Sains Membuktikannya

Kompas.com - 26/10/2017, 08:07 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

Dalam penelitian dengan judul Neurohumoral Features of Myocardial Stunning Due to Sudden Emotional Stress, yang terbit Februari 2005 di New England Journal of Medicine, para peneliti meninjau gejala ini pada 19 kasus, 18 di antaranya terjadi pada perempuan.

Penelitian yang dilakukan oleh para dokter dari Johns Hopkins University School of Medicine menuliskan bahwa sindrom ini berkaitan dengan bagaimana seseorang merespons secara hormonal terkait stres yang ekstrem.

Saat seseorang mengalami peristiwa yang traumatis, tubuh akan melepaskan hormon stres ke aliran darah. Hormon stres ini menyebabkan otot jantung menjadi lemah.

Efeknya mirip dengan jebakan yang sering digunakan untuk menangkap gurita. Dari sinilah nama sindrom ini muncul.

BACA: Patah Hati Memang Memperpendek Umur

Sindrom Takotsubo tidak pilih-pilih. Dia dapat menyerang siapa pun pada usia berapa pun, jika mereka mengalami tekanan atau trauma emosional yang parah.

Dalam beberapa kasus, orang yang mengalami sindrom Takotsubo dapat sembuh dalam beberapa minggu, meski meninggalkan sedikit efek. Namun, ada banyak kasus juga berakibat fatal sampai meninggal dunia.

Menurut artikel yang dibuat The New York Times tahun lalu (terkait kematian Debbie Reynolds), sindrom Takotsubo paling banyak dialami oleh perempuan, dan biasanya berakhir fatal jika dialami oleh perempuan paruh baya.

"Satu alasan yang mungkin adalah estrogen melindungi pembuluh jantung yang lebih kecil, pembuluh yang paling dapat terpengaruh oleh hormon stres, dan kadar estrogen turun seiring bertambahnya usia," ungkap dokter Ilan Wittstein, penulis jurnal yang terbit pada 2005 itu.

Sindrom patah hati dapat terjadi tidak hanya setelah ada kesedihan, tetapi juga bisa terjadi setelah mendapat tekanan yang mendadak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau