Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi Ungkap, Ibu Sejahtera Lebih Mungkin Punya Bayi Laki-laki

Kompas.com - 20/10/2017, 20:25 WIB
Gloria Setyvani Putri

Penulis

KOMPAS.com - Di seluruh dunia, tingkat kelahiran bayi laki-laki menurun.

Selama kurun waktu 12 tahun, para peneliti dari Universitas Nasional Australia (ANU) menganalisis tingkat kelahiran di seluruh Australia.

Mereka menemukan bahwa di sebagian besar negara bagian, bayi laki-laki dilahirkan pada tingkat 105 per 100 bayi perempuan, namun di Wilayah Ibukota Australia (ACT) jumlah tersebut lebih mendekati angka 110.

Peneliti utama, Alison Behie, mengatakan bahwa temuan tersebut sesuai dengan teori Trivers-Willard, di mana kondisi ibu memiliki peran dalam menentukan jenis kelamin bayi.

Dia menemukan, perempuan yang menganggap diri mereka sejahtera lebih cenderung memiliki anak laki-laki.

BACA: Ambil Pelajaran Ini dari Kegagalan Seleksi Jenis Kelamin Bayi Tabung

Hal itu menjelaskan fenomena yang terjadi di ACT, di mana status sosial-ekonomi mereka lebih tinggi dari rata-rata negara bagian lain.

"Tampaknya, hingga tahun 2015, ACT memiliki pola yang sangat berbeda di mana masih banyak bayi laki-laki terlahir," kata Behie seperti dikutip dari Australia Plus ABC, Jumat (20/10/2017).

"Ketika Anda memasukkan ACT ke dalam data dari seluruh Australia, sebenarnya ada lebih banyak bayi laki-laki yang lahir. Tapi jika Anda mengecualikan semua bayi dari ACT, ada sedikit penurunan, yang serupa dengan pola global," sambungnya.

Kondisi Ibu Pengaruhi Jenis Kelamin

ACT memiliki beberapa tingkat pendidikan dan pendapatan rata-rata tertinggi di Australia dengan populasinya yang berjumlah 400.000 jiwa.

Peneliti menemukan, melahirkan seorang anak laki-laki terkait dengan persepsi sang ibu tentang kesejahteraannya sendiri.

"Kami menguji berbagai hal: pendidikan, pendapatan, dan apa yang sebenarnya kami anggap penting adalah persepsi kesejahteraan, jadi para perempuan yang merasa sejahtera," kata Dr Behie.

BACA: "Ngeloni" Bayi Jadi Kontroversi di AS, Orangtua Indonesia Harus Tahu

Behie melanjutkan, itu mencakup beberapa hal. Seperti jaringan pendukung orang tua, pendidikan, hutang yang dimiliki, dan juga hal-hal lain yang tidak dapat ditulis dalam data angka dan kuantitatif.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau