Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Biarkan Bayi Lakukan Kebiasaan Ini, Wajahnya Bisa Tak Simetris

Kompas.com - 07/09/2017, 12:19 WIB
Lutfy Mairizal Putra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Boto susu alias dot memang sangat membantu saat masa menyusui. Bila ASI sulit tersalurkan ke bayi karena barbagai penyebab, dot bisa jadi solusi.

Namun, penggunaan dor perlu diperhatikan. Terlalu lama bergantung pada dot dapat menyebabkan perubahan sistem stomatognatik – sistem integrasi antara organ, struktur, dan persarafan yang terkait fungsi untuk mengunyah, bernafas dan kebiasaan oral lainnya.

Pada bayi yang menggunakan dot, ASI akan mengalir dengan daya isap yang rendah. Posisi lidah akan menekan palatum atau langit-langit mulut dengan keras, gerakan lidah pun pasif.

Kondisi berbeda terjadi jika anak yang mendapatkan ASI secara langsung dari payudara. Isapan bayi yang kuat untuk mengeluarkan ASI, mencegah lidah menekan palatum dan gerakan lidah juga lebih aktif.

“Penelitian yang dilakukan di Jakarta, anak dengan ASI ekslusif langsung dan melalui dot botol susu punya perbedaan kedalaman palatum dan dimensi lengkung gigi," Prof. Dr. drg. Sarworini B. Budiardjo, Sp.KGA(K) saat membacakan pidato pengukuhan guru besar tetap Ilmu Kedokteran Gigi Anak, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indoensia, Depok, Rabu (6/9/2017).

"Oleh karena itu, menyusui eklusif selama lebih dari 6 bulan dianjurkan, karena kemungkinan perkembangan lengkung abnormal hampir terjadi,”imbuhnya.

Baca Juga: Ekstrem, Bayi Orangutan Menyusu Selama 8 Tahun

Sarworini mengatakan, pemakaian dot susu botol yang berkepanjangan juga akan membuat gangguan fonasi beberapa huruf, seperti hufuf S, Z, SH, CH, dan TS.

Selain menghisap dot botol susu, masih ada kebiasaan oral lain yang dapat berpengaruh perkembangan sistem stomatognatik, yakni menghisap ibu jari tangan, mengisap bibir, dan bernafas melalui mulut.

Kebiasaan bernafas melalui mulut juga punya pengaruhnya tersendiri. Dalam riset yang dipublikasikan di Dentika Dental Journal pada 2008 lalu, diungkap bahwa kebiasaan bernafas melalui mulut pada anak usia 7-16 tahun memicu postur wajah yang cenderung mendongak dan cembung.

Bila terjadi, kondisi itu akan mempengaruhi kesehatan umum dan kualitas hidup, memicu gangguan kardiorespirasi, endokrin, dan gangguan tidur.

“Pemantauan cara seorang anak melakukan kegiatan makan, mulai dari mengisap, menelan, bicara, dan bernafas pada masa pertumbuhan perkembangan sistem stomatognatik sangat penting. Hal ini berperan terhadap harmonisasi wajah atas, tengah, bawah, serta penyusunan gigi yang serasi,” kata Sarworini.

Baca Juga: Terjawab, Alasan Laki-laki Tidak Punya Puting Meski Tidak Menyusui

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau