KOMPAS.com - Di seluruh dunia, tingkat kelahiran bayi laki-laki menurun.
Selama kurun waktu 12 tahun, para peneliti dari Universitas Nasional Australia (ANU) menganalisis tingkat kelahiran di seluruh Australia.
Mereka menemukan bahwa di sebagian besar negara bagian, bayi laki-laki dilahirkan pada tingkat 105 per 100 bayi perempuan, namun di Wilayah Ibukota Australia (ACT) jumlah tersebut lebih mendekati angka 110.
Peneliti utama, Alison Behie, mengatakan bahwa temuan tersebut sesuai dengan teori Trivers-Willard, di mana kondisi ibu memiliki peran dalam menentukan jenis kelamin bayi.
Dia menemukan, perempuan yang menganggap diri mereka sejahtera lebih cenderung memiliki anak laki-laki.
BACA: Ambil Pelajaran Ini dari Kegagalan Seleksi Jenis Kelamin Bayi Tabung
Hal itu menjelaskan fenomena yang terjadi di ACT, di mana status sosial-ekonomi mereka lebih tinggi dari rata-rata negara bagian lain.
"Tampaknya, hingga tahun 2015, ACT memiliki pola yang sangat berbeda di mana masih banyak bayi laki-laki terlahir," kata Behie seperti dikutip dari Australia Plus ABC, Jumat (20/10/2017).
"Ketika Anda memasukkan ACT ke dalam data dari seluruh Australia, sebenarnya ada lebih banyak bayi laki-laki yang lahir. Tapi jika Anda mengecualikan semua bayi dari ACT, ada sedikit penurunan, yang serupa dengan pola global," sambungnya.
Kondisi Ibu Pengaruhi Jenis Kelamin
ACT memiliki beberapa tingkat pendidikan dan pendapatan rata-rata tertinggi di Australia dengan populasinya yang berjumlah 400.000 jiwa.
Peneliti menemukan, melahirkan seorang anak laki-laki terkait dengan persepsi sang ibu tentang kesejahteraannya sendiri.
"Kami menguji berbagai hal: pendidikan, pendapatan, dan apa yang sebenarnya kami anggap penting adalah persepsi kesejahteraan, jadi para perempuan yang merasa sejahtera," kata Dr Behie.
BACA: "Ngeloni" Bayi Jadi Kontroversi di AS, Orangtua Indonesia Harus Tahu
Behie melanjutkan, itu mencakup beberapa hal. Seperti jaringan pendukung orang tua, pendidikan, hutang yang dimiliki, dan juga hal-hal lain yang tidak dapat ditulis dalam data angka dan kuantitatif.
Dari fenomena yang terjadi di ACT dan dibandingkan dengan penelitian yang dilakukannya, Behie mengungkapkan teorinya masuk akal.
Behie menyebut, yang dipikirkan perempuan tidak hanya soal reproduksi.
"Tapi perempuan bertanggung jawab untuk mengandung and menyusui. Lebih mahal bagi perempuan untuk memiliki anak," kata Dr. Behie.
Dia melanjutkan, jika seorang perempuan berada dalam kondisi baik, memiliki akses ke banyak sumber daya, tubuh benar-benar kuat, maka secara biologis hal itu akan membuat perempuan ingin memiliki anak laki-laki.
"Jika demikian, perempuan dapat memiliki beberapa bayi laki-laki yang memiliki kualitas tinggi, dan mereka sendiri akan memiliki banyak anak," sambung Behie.
Tapi, sebelum para ibu berharap pada seorang bayi laki-laki dan mulai memusatkan perhatian pada rekening bank, Dr. Behie mengatakan bahwa ibu juga harus ingat, temuannya ini hanya satu faktor potensial.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.