Teknologi ini digunakan untuk mengamati bagaimana tiga hiu bambu berbintik putih itu memakan potongan cumi dan haring—ikan kecil di laut lepas yang menjadi makanan para predator besar.
Sistem ini menggabungkan CT scan kerangka hiu berkecepatan tinggi dengan gambar X-ray beresolusi tinggi. Dibantu dengan spidol logam implan yang kecil, diharapkan visualisasi tiga dimensi mengenai gerakan tulang otot hewan dan manusia dapat tergambarkan dengan tepat.
Baca Juga: Hiu Berjalan Indonesia Beri Petunjuk Evolusi Satwa Dunia
Menurut Camp, animasi XROMM sangat penting dalam penelitian ini, mengingat studi sebelumnya yang belum berhasil mengidentifikasi fungsi sabuk pektoral. “XROMM memungkinkan kita untuk benar-benar mengetahui bagaimana kinerja sabuk pektoral pada hiu ini,” ungkapnya.
Selain itu, tambah Camp, teknologi baru ini memungkinkan para peneliti untuk mengukur “ayunan mengejutkan” di bahu ketiga hiu saat memakan mangsa. Hanya sepersekian detik setelah mulut tertutup, tulang rawan berputar cepat ke belakang (dari kepala ke ekor) sekitar 11 derajat.
“Yang pasti, penulis membuat kasus yang kuat mengenai dualitas sabuk pektoral pada spesies ini,” kata Phillip Motta, profesor biologi di University of South Florida yang tidak terlibat dalam penelitian ini.
"Namun, kita masih belum tahu bagaimana makanan masuk ke kerongkongan dan turun ke pencernaan”, tambahnya.
Menurut Motta, pada pemakan dengan teknik isap seperti hiu bambu dan hiu perawat, sebenarnya makanan telah masuk ke dalam mulut saat mulut terbuka lebar.
Pendapat ini bertentangan dengan penelitian baru yang beranggapan bahwa hiu bambu menggerakkan sabuk pektoral mereka untuk membantu memindahkan makanan dari mulut ke kerongkongan.
Motta menambahkan, tidak ada bukti yang jelas bahwa gerakan sabuk tersebut membantu hiu “mengisap” makanan mereka.
Meskipun hiu bambu adalah satu-satunya spesies yang diamati selama penelitian ini, tidak menutup kemungkinan bahwa hiu pengisap lainnya juga menggerakkan bahu mereka dengan cara ini.
Baca Juga: Teka-teki Kesamaan Distribusi Hiu Berjalan dan Burung Surga
Penelitian baru ini juga dapat menjelaskan bagaimana sabuk pektoral berevolusi pada ikan hiu dan ikan lainnya dari waktu ke waktu.
Camp mengatakan, sabuk tersebut muncul dalam rekaman fosil pada waktu rahang ikan berevolusi, meskipun para ilmuwan sendiri tidak yakin dengan perubahan yang terjadi.
Mempelajari sabuk pektoral pada hewan hidup dapat membantu peneliti untuk mengetahui bagaimana sabuk tersebut berfungsi dan berevolusi pada ikan yang telah dan sedang punah.
Para peneliti juga dapat memahami bagaimana struktur kerangka ikan yang berevolusi dapat membantu menjelaskan kemampuan hewan tersebut dalam mencapai tanah.
Kami berharap, penelitian ini dapat mendorong peneliti lain untuk memeriksa kembali struktur dan evolusi sabuk pektoral dari perspektif baru," kata Camp.
Camp menambahkan, pengamatan gerakan sabuk pektoral pada hiu bambu hanyalah langkah awal. Masih banyak tugas bagi para peneliti untuk memahami gerakan sabuk tersebut pada hiu dan ikan lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.