KOMPAS.com - Petir berulah belakangan ini. Minggu (23/4/2017) lalu, 3 orang pendaki tewas di Gunung Prau, Dieng. Saat hujan lebat terjadi, ketiganya berteduh dengan membangun bivak di sebuah tower. Mereka lantas menunggu hujan sambil bermain ponsel untuk mengusir kebosanan sebelum akhirnya petir menyambar.
Kasus itu bukan satu-satunya. Diberitakan Harian Kompas November 2016 lalu, tiga warga Wajo yang tengah berteduh di bawah pohon juga tewas disambar petir. Bulan yang sama, tiga petani tewas dengan tubuh membiru saat tengah berlari menuju tempat berteduh.
Dan, bukan hanya manusia yang mati akibat petir. Agustus 2016, 323 rusa di Norwegia mati bersamaan setelah petir hebat melanda area padang rumput. Kejadian itu bisa dibilang salah satu dampak terburuk petir dalam sejarah.
Baca Juga: Aneh Tapi Nyata, Sambaran Petir Bisa Membuat Kulit Manusia Bertato
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa petir memang bisa membunuh. Namun, bagaimana bisa petir membunuh banyak individu sekaligus?
Peneliti petir dari Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika (STEI) di Institut Teknologi Bandung (ITB), Syarif Hidayat, mengatakan, meskipun sama-sama arus listrik, petir berbeda dari listrik yang mengalir dalam kabel-kabel di rumah kita.
"Petir berbeda dengan listrik di rumah kita karena dia tidak sabaran. Arus listrik di rumah kita mau mengantre dalam kabel. Petir tidak. Dia tidak peduli, maunya cepat-cepat sampai ke bumi," katanya kepada Kompas.com, Kamis (27/4/2017).
Baca Juga: Di Wilayah Ini, Petir Terjadi Jutaan Kali dalam Setahun
Untuk menghantarkan arus ke bumi, petir cenderung memilih tempat terbuka, obyek yang tinggi, dan tonjolan di permukaan bumi. Obyek tinggi bisa berupa tiang ataupun pohon.
Adapun tonjolan bisa berupa bukit atau gunung maupun manusia, hewan, dan bangunan yang berada di tempat terbuka.
Jadi, orang yang berada di tengah sawah, bermain bola di lapangan, maupun berlayar di atas kapal di lautan terbuka bisa menjadi tonjolan yang siap disambar petir.
"Karena sifatnya yang tidak sabaran, maka saat ada tonjolan, petir akan menyambar semuanya tanpa pilih-pilih. Jadi memang tidak mengherankan petir bisa menyambar banyak obyek sekaligus," ungkap Syarif yang aktif mendata aktivitas petir di Indonesia.
Dari sisi kekuatan, tegangan petir pun sangat besar. Tegangan listrik yang bisa ditoleransi manusia 20 mili Ampere. Sementara, tegangan yang dihasilkan petir bisa mencapai 26.000 Ampere. Bagi petir, membunuh manusia adalah perkara mudah.
Baca Juga: Dengarkan, Ini Bunyi Kicauan Jagat Raya Bukti Kebenaran Teori Einstein
Dikutip dari situs Badan Atmosfer dan Kelautan Amerika Serikat (NOAA), petir bisa menyambar manusia lewat 5 cara. Pertama, menyambarnya secara langsung. Ini biasa terjadi bila manusia berada di tempat terbuka tanpa obyek lebih tinggi lain di dekatnya.
Cara kedua adalah side flash. Manusia bisa tersambar bila berada terlalu dekat dengan obyek tinggi lainnya. Ketiga adalah konduksi. Manusia bisa tersambar bila kontak dengan logam saat petir menyambar.
Dua cara lainnya adalah penghantaran permukaan dan streamer. Petir bisa menyambar obyek tinggi hingga ke pangkalnya lalu menghantarkan arus ke sekitarnya lewat permukaan tanah. Sementara streamer adalah mekanisme penghantaran lewat jalur khusus yang terbentuk di atmosfer.
Mengetahui sifat dan cara penghantaran petir, maka manusia sebenarnya bisa meminimalkan risiko tersambar. "Jangan berada di tempat terbuka. Lalu jangan berada pada jarak kurang dari 2 meter dari obyek yang tinggi agar tidak tersambar," kata Syarif.
Jangan berpikir bahwa obyek yang bisa menghantarkan petir hanya logam. Syarif mengatakan, petir berbeda dengan listrik di rumah kita. Petir sumber arus, arusnya tetap, tetapi tegangan berubah-ubah. Sementara listrik di rumah kita merupakan sumber tegangan, tegangan tetap dan arus berubah-ubah.
Karena itu, untuk bisa ke bumi, petir bisa lewat kayu dan bambu yang bukan penghantar listrik baik.
Orang Indonesia perlu mewaspadai ancaman petir. Sejumlah wilayah Indonesia seperti Depok, Bogor, Riau, Jambi, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Barat tergolong sebagai rawan petir. Riset yang dilakukan Syarif mengungkap, Indonesia bisa mengalami 24 petir per kilometer per hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.