Aneh tetapi Nyata, Sambaran Petir Bisa Membuat Kulit Manusia "Bertato"

Kompas.com - 04/06/2014, 21:26 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis


KOMPAS.com — Apa jadinya bila petir menyambar kita?

Sejumlah laporan menunjukkan bahwa petir bisa memicu terbentuknya "tato" pada kulit manusia. Ini langka.

Salah satu kasus pernah menimpa seorang pria berusia 54 tahun, dilaporkan di New England Journal of Medicine pada tahun 2000.

Pria yang tersambar petir itu awalnya mengalami shock dan masuk ruang gawat darurat. Setelah keluar, ia menjumpai adanya pola urat daun pada lengan, punggung, dan kakinya. Tanda itu hilang setelah dua hari.

Dilaporkan situs IFLScience.com, Selasa (3/6/2014), pola urat daun yang terbentuk itu disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah kapiler akibat listrik dari petir.

Pola urat daun yang terbentuk akibat petir sering disebut lightning flowers atau skin feathering. Dalam istilah medis, pola itu disebut aborescent erythema atau tanda keraunographic.

Munculnya pola urat daun akibat sambaran petir juga pernah dijumpai pada Winston Kemp. Ia tersambar petir pada tahun 2011.

Kemp awalnya tak sadar bahwa dirinya tersambar petir. Hingga satu jam kemudian ketika masuk ke ruangan, ia menjumpai pola urat daun di lengannya. Pola itu terus menipis seiring waktu, tetapi bertahan hingga satu bulan.

Pola urat daun yang dijumpai pada kulit manusia yang tersambar petir sering juga disebut "Lichtenberg".

Sebutan itu didasarkan pada hasil eksperimen fisikawan Jerman, Georg Lichtenberg, pada tahun 1777. Ia melewatkan listrik tegangan tinggi pada permukaan yang datar atau pada isolator. Pola mirip urat daun pun dihasilkan.

"Tato" akibat petir itu memang terlihat keren, tetapi jangan coba-coba memilikinya. Petir sangat berbahaya dan kejadian terbentuknya lightning flowering itu juga tergolong langka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau