- Kesulitan berkonsentrasi dan membuat keputusan.
- Kesulitan memenuhi peran sehari-sehari.
- Merasa sangat tidak puas atas apapun
- Merasa bersalah atau seperti Anda sedang dihukum.
- Negatif ketika berbicara tentang diri Anda.
- Sering bicara tentang "betapa tidak bergunanya hidup ini" atau "ingin mengakhiri semuanya".
Pendampingan untuk meringankan depresi pada pasien kanker
Orang yang sehat tidak ingin menanggung beban emosi sendirian, bayangkan bagaimana dengan orang yang sedang menderita sakit berat seperti kanker. Ya, mereka juga perlu untuk didampingi.
Dalam mendampingi pasien kanker yang sedang mengalami depresi, paling utama adalah Anda harus mau mengerti keadaannya.
"Pertama yang harus dipahami adalah, kelemahan fisik sangat rentan memengaruhi emosi. Bayangkan, mau bergerak saja susah. Mau makan, susah menelan. Tak heran jika orang yang sedang sakit, apalagi sakit berat, menjadi depresi," kata Anna Surti Ariani, S.Psi, M.Si Psikolog, Psikolog di Klinik Terpadu UI Depok dan Klinik Tiga Generasi di Jakarta Selatan.
Lebih lanjut wanita yang akrab disapa Nina ini mengatakan, sebaiknya Anda sebagai pendamping atau kerabat pasien, tidak memaksakan kehendak kepada Si Sakit, sekalipun itu untuk kebaikannya sendiri.
"Beberapa pasien kanker, karena depresi dan merasa tidak akan sembuh, lalu menolak minum obat. Hadapi dengan sabar, jangan nyinyir apalagi marah dengan berkata seperti 'Kamu mau sembuh atau tidak? Makanya harus minum obat!'. Hal seperti ini tidak dianjurkan," kata Nina lagi.
Sebaliknya, hadapi kemauan pasien dengan sabar. Misalnya, 'Oh, kamu mau tidur dulu ya baru minum obat?'. Atau, tanyakan kepada pasien apa yang membuatnya nyaman sehingga mau terus minum obat.
Pengertian terhadap kondisi pasien, kemauan untuk mendengarkan keluh kesahnya, akan mendorong pasien mengeluarkan unek-unek, sehingga energi negatif dalam dirinya terkuras.
"Jika energi negatif sudah keluar, akan lebih mudah muncul kesadaran dalam diri si pasien untuk terus berobat, atau untuk mau makan," jelas Anna.