Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Refleksi Peneliti Indonesia Saat Ikut Program Riset Singapura

Kompas.com - 29/10/2013, 12:10 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

"Jadi dalam penelitian ini mereka mengupayakan bagaimana caranya membersihkan atau mengobati kerang darah yang terinfeksi Hepatitis A. Setelah dibersihkan dari Hepatitis A, keranng darah baru dikonsumsi," paparnya.

Tentang budidaya secara umum, Singapura juga punya rencana untuk melakukan budidaya organisme laut sumber makanan secara vertikal.

Konsepnya, kata Sigit, seperti tambak-tambak yang disusun vertikal menyerupai rak. Hal itu dilakukan Singapura untuk mengatasi lahan budidaya yang terbatas.

Sigit mengungkapkan, makanan laut yang didapatkan Singapura salah satunya berasal dari Indonesia. Sigit memang mengatakan bahwa Singapura tidak mungkin bisa mandiri mencukupi kebutuhan makanan lautnya, tetapi ketergantungan bisa dikurangi.

"Dulu Singapura juga tergantung air pada Malaysia. Sekarang 70 persen kebutuhan air sudah bisa dicukupi sendiri, cuma 30 persen dari Malaysia," katanya.

Ke depan, bila budidaya makanan laut di Singapura, ketergantungan pada Indonesia dan Malaysia mungkin akan berkurang. Bagi Indonesia, ini pertanda buruk, sebab pasar menjadi berkurang.

Belajar dari proyek riset Singapura itu, Yoyok dan Sigit mengatakan bahwa Indonesia harus serius dalam riset kelautan.

"Apalagi sekarang dengan adanya perubahan iklim. Kita harus inventarisasi kekayaan kita. Kalau tidak, nanti banyak yang hilang tanpa kita ketahui, padahal mungkin menyimpan manfaat," papar Yoyok.

Yoyok menuturkan, riset dan pendataan biodiversitas harus terintegrasi. Saat ini, data masih terpencar.

Sigit menuturkan, dalam kaitannya dengan sumber makanan laut, Indonesia juga harus mulai tidak tergantung pada alam. Penangkapan ikan dan sumber makanan laut lain dinilainya sudah berlebihan. Saatnya Indonesia serius mengembangkan teknik budidaya untuk mencukupi kebutuhan makanan laut secara berkelanjutan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com