Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tujuh Pekerjaan Paling Ekstrem dalam Bidang Sains

Kompas.com - 25/08/2013, 16:31 WIB

Memerah bisa ular bukanlah pekerjaan yang mudah untuk dilakukan. Para pemerah bisa sering kali berhadapan dengan ular-ular paling mematikan di dunia. Mereka tidak hanya harus mendapatkan bisa dalam jumlah yang banyak, tetapi juga harus mendapatkan banyak ular untuk mampu menghasilkan racun yang banyak.

Para pemerah bisa ular harus mampu menemukan ular dan mengeluarkan mereka dari sarangnya. Kemudian taring ular tersebut harus diarahkan ke dalam sebuah botol dengan tutup plastik. Agar produksi bisa yang didapatkan banyak, para pemerah juga harus memijat kelenjar racun pada tubuh ular.

Tidak jarang pemerah bisa mendapatkan gigitan saat melakukan tugasnya. Bahkan beberapa pemerah pernah digigit hingga lebih dari 24 kali.

Astronot

Astronot adalah salah satu pekerjaan yang dilakukan manusia pada suatu lingkungan yang keras. Para astronot harus mengikuti serangkaian pelatihan yang berat, harus mampu menahan bombardir sinar ultraviolet, hingga harus menghadapi satu dari 100 risiko kematian dalam penerbangan.

Bahkan, risiko masih harus mereka alami ketika sudah berhasil tiba dengan selamat di Bumi. Tinggal di lingkungan dengan gravitasi rendah selama jangka waktu yang lama dapat menimbulkan atrofi (penyusutan) otot dan pelemahan tulang bagi para astronot.

Teknisi laboratorium

Salah satu pekerjaan paling berbahaya dalam sains justru sekaligus menjadi pekerjaan yang paling membosankan, yakni teknisi laboratorium.

Salah satu teknisi laboratorium yang berhasil selamat dari kecelakaan kerja di laboratorium adalah Jamile Jackson, seorang administrator sistem permainan pelatih otak milik perusahaan Lumosity. Saat itu Jackson tengah menyiapkan suatu demonstrasi sains untuk dipelajari oleh siswa SMA. Demonstrasi ini menggunakan tesla coil, sebuah sirkuit listrik yang mampu mengangkat benda.

Fatalnya, Jackson melakukan dua kesalahan dalam demonstrasi ini. Kesalahan pertama adalah ia tidak memberikan alas di bawah tesla coil. Sedangkan kesalahan kedua, ia tidak menggunakan sarung tangan karet ketika memegang kumparan sirkuit.

Beruntung, listrik tersebut bergerak dari lengan menuju bagian belakang kepalanya. Apabila listrik tersebut bergerak menuju jantung, sudah dipastikan Jackson tidak akan selamat.

Kasus yang lebih tragis dialami oleh Sheharbao Sanghi, mahasiswa pascasarjana di University of California, Los Angeles. Sanghi tewas terbakar ketika bereksperimen dengan zat mudah terbakar bernama t-Butyllithium.

Banyak mahasiswa pascasarjana yang sering mengalami kecelakaan di laboratorium. Kecelakaan ini sering disebabkan karena bahan kimia yang mudah terbakar ataupun yang beracun. Bahkan kandungan magnetik yang dimiliki MRI, scanner pengukur aktivitas otak, berisiko menarik benda-benda logam yang membahayakan teknisi laboratorium.

Pemburu badai

Ketika orang-orang berlari menjauhi badai, para pemburu badai justru mendekati badai tersebut untuk menempatkan sensor angin dan tekanan sedekat mungkin. Namun, memburu tornado adalah pekerjaan yang berbahaya.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com