Pakar gempa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawidjaja, mengatakan, "Gempa Aceh kemarin berdampak besar karena sumbernya di daratan dan dekat dengan permukaan."
Gempa berpusat di 181 kilometer dari Banda Aceh, 35 kilometer barat daya Kabupaten Bener Meriah. Kedalaman gempa dangkal, hanya 10 kilometer.
"Karena sumbernya dangkal maka guncangannya sangat terasa dan banyak bangunan roboh," kata Danny saat dihubungi Kompas.com, Rabu (3/7/2013).
Gempa Aceh kali ini mengingatkan kembali pada gempa Yogyakarta bermagnitudo 6,5 yang terjadi pada 27 Mei 2006 lalu. Keduanya sama-sama merupakan gempa daratan.
Gempa Yogyakarta kala itu dipicu oleh aktivitas di sekitar sesar Opak yang memanjang dari Bantul hingga Prambanan, melewati wilayah permukiman.
Saat itu, guncangan gempa terasa selama 57 detik. Akibat gempa yang terjadi pada kedalaman 17 kilometer itu, rumah, bangunan bersejarah, dan fasilitas umum rusak. Ribuan orang tewas.
Danny mengungkapkan, kerusakan yang terjadi akibat gempa dapat dipengaruhi oleh lokasi, karakteristik tanah, dan kualitas bangunan.
"Gempa Yogyakarta sangat merusak karena sesar yang aktif ada di bawah kawasan permukiman penduduk," kata Danny.
"Di Yogyakarta, karakteristik tanahnya juga merupakan endapan vulkanik yang rapuh sehingga mengamplifikasi gempa," imbuh Danny.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.