Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Singkat Satelit Telkom-3

Kompas.com - 11/08/2012, 03:19 WIB

Harian Kommersant, Rusia, Kamis (9/8), seperti dikutip kantor berita Ria Novosti menyebut kegagalan mesin ketiga Briz-M dipicu adanya benda asing dalam pipa bahan bakar. Data telemetri yang menunjukkan kinerja roket atau satelit yang dipantau dari Bumi menunjukkan tekanan bahan bakar turun drastis sehingga kinerja mesin roket turun drastis.

”Kemungkinan ada kebocoran dalam pipa saluran bahan bakar sehingga Briz-M dan satelitnya tidak bekerja sesuai rencana,” kata Wicak.

NASA Spaceflight menyebut tangki bahan bakar Briz-M memang baru dimodifikasi dari enam tangki kecil menjadi dua tangki besar bertekanan tinggi dengan kapasitas 80 liter. Pengubahan itu dilakukan bersamaan dengan pemindahan instrumen pengendali guna mengurangi beban kejut ketika tangki bahan bakar dibuang.

Kegagalan ini membuat badan antariksa Rusia, Roskosmos, menangguhkan semua peluncuran roket Proton-M sampai ada hasil penyelidikan resmi.

Tingkat kesuksesan Briz-M yang selalu digunakan pada Proton-M memang tidak setinggi roket pengorbit lain. Roket buatan Khrunichev State Research and Production Space Center ini setidaknya telah enam kali gagal dari 18 kali peluncuran sejak tahun 1999.

Robertus Heru Triharjanto, pakar teknologi dirgantara Lembaga Penerbangan dan Antarariksa Nasional (Lapan), mengatakan, roket Proton-M berbeda dengan Ariane buatan Perancis dan sejumlah negara Eropa atau Long March buatan China.

Ariane pernah digunakan untuk meluncurkan Telkom-1 pada 1995 dan Telkom-2 pada 2005. Adapun Long March digunakan untuk meluncurkan Palapa-D pada 2009.

Menurut Robertus, seluruh rangkaian penempatan satelit ke orbit tujuan dengan Ariane dan Long March hanya butuh tiga puluhan menit. Ini karena mekanisme peluncurannya tidak menggunakan orbit parkir dan orbit sementara, tapi langsung ke orbit geostasioner.

”Ketika terjadi kegagalan pada sistem ini, ada energi di satelitnya yang memungkinkannya bermanuver menuju orbit tujuan,” kata dia. Imbasnya, masa hidup satelit hanya tinggal separuh dari masa hidup awalnya.

Sebaliknya, Proton-M yang menggunakan sistem orbit parkir pada ketinggian 100 kilometer dan orbit transfer membuat perjalanan dari Bumi menuju orbit geostasioner perlu lebih dari 9 jam. Satelit tidak dilengkapi dengan energi untuk bermanuver sehingga tenaga untuk mengantarkan ke orbit tujuan bergantung sepenuhnya pada energi roket.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com