Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Singkat Satelit Telkom-3

Kompas.com - 11/08/2012, 03:19 WIB

”Hampir dipastikan satelit tidak bisa diselamatkan,” katanya.

Wicak menambahkan, Briz-M didesain tidak dapat dikendalikan dari Bumi untuk dihidupkan kembali. Jika terhenti, ia dapat melanjutkan sisa perjalanannya menggunakan bahan bakar satelitnya. Padahal, bahan bakar satelit ini untuk menjaga hidup satelit itu selama 15 tahun ke depan.

Jika dipaksakan, satelit mencapai orbit tujuan, dipastikan umur hidup satelit akan sangat singkat. Ini jelas tidak menguntungkan karena pendapatan dari sewa jasa satelit yang akan diperoleh tidak sebanding dengan investasi yang sudah dikeluarkan. ”Lebih baik tunggu 2-3 tahun hingga pihak asuransi mengganti dengan satelit baru,” katanya.

Sampah antariksa

Terhentinya perjalanan Briz-M beserta Telkom-3 dan Express MD-2 membuat benda-benda tersebut hanya akan menjadi sampah antariksa. Mereka bisa menabrak satelit-satelit aktif lain di ketinggian mereka berada saat ini dan membayangi penduduk Bumi yang khawatir tertimpa kejatuhannya.

Peneliti Matahari dan Antariksa Lapan yang juga Track-It Development pada Realtime Space Debris Surveillance, Lapan, Abdul Rachman, mengatakan, jika menunggu peluruhan orbit alami, benda itu akan jatuh ke Bumi pada 16 tahun mendatang.

Peluruhan orbit alami terjadi karena setiap benda pada ketinggian di bawah 2.000 kilometer akan bertabrakan dengan molekul-molekul atmosfer Bumi. Karena itu, kecepatan satelit makin lama makin berkurang dan ketinggiannya pun makin rendah hingga akhirnya jatuh ke Bumi.

”Selama benda ini belum jatuh ke Bumi, ia akan terus ’menghantui’ manusia Bumi,” kata Abdul.

Modifikasi dapat dilakukan untuk menurunkan orbit Briz-M beserta kedua satelitnya. Ini akan membuat benda tersebut lebih cepat jatuh ke Bumi.

Rusia merencanakan memisahkan kedua satelit ini dari Briz-M sehingga potongannya saat masuk atmosfer Bumi lebih kecil. Langkah ini juga akan mengurangi potensi bahaya di Bumi. Selain itu, proses kejatuhan akan dikendalikan hingga pecahannya akan jatuh di laut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com