Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjalanan Singkat Satelit Telkom-3

Kompas.com - 11/08/2012, 03:19 WIB

M Zaid Wahyudi dan Yuni Ikawati

Hanya tujuh detik sejak dinyalakan, mesin ketiga roket pengorbit Briz-M di bagian atas roket pendorong Proton-M mati. Hal ini menghentikan perjalanan satelit Telkom-3 dan Express MD-2 jauh dari orbit sesungguhnya. Kemungkinan, satelit akan jadi sampah antariksa yang ”menghantui” Bumi.

Proton-M yang membawa satelit telekomunikasi Indonesia dan Rusia itu diluncurkan dari pusat antariksa Kosmodrom Baikonur di Kazakhstan, Selasa (7/8), pukul 01.31 waktu setempat atau 02.31 WIB. Ditargetkan, kedua satelit akan menempati posisi masing- masing di ketinggian 35.401 kilometer sekitar 9 jam kemudian.

Pembakaran pada mesin roket Proton-M tingkat 1 dan 2 berlangsung sukses. Persoalan muncul saat pembakaran roket tingkat 3 yang disebut Briz-M (Breeze-M).

Pembakaran roket Briz-M dirancang dalam empat tahap. Ketika mesin ketiga baru menyala 7 detik (bukan 7 menit seperti berita sebelumnya) dari rencana 18 menit 5 detik, mesin roket tiba-tiba mati.

Rencananya, nyala mesin pertama Briz-M akan menempatkan roket yang membawa kedua satelit pada orbit parkir dan nyala mesin kedua menempatkan roket pada orbit sementara, tempat wahana akan menjalani uji kinerja pada orbit rendah.

Mesin ketiga bekerja membawa Briz-M pada orbit transfer menuju orbit tujuan di ketinggian 35.401 kilometer. Mesin keempat akan menyala pada orbit tujuan sebelum kedua satelit dipisahkan. Matinya pembakaran itu membuat perjalanan kedua satelit terhenti pada ketinggian 266-5.013 kilometer.

”Kedua satelit dirancang memiliki orbit geostasioner yang akan membuat kecepatan satelit mengelilingi Bumi sama dengan kecepatan Bumi berputar pada porosnya,” kata Wicak Soegijoko, mantan Mission Systems Engineer di Hughes Space and Communications, Amerika Serikat, yang membuat Satelit Palapa AB dan Palapa C. Ia kini menjadi Vice President Business Development and Regulatory PT Asia Cellular Satellite yang berpusat di Jakarta.

Menurut rencana, Telkom-3 akan diletakkan di atas garis 118 derajat bujur timur (di atas Selat Makassar). Adapun Express MD-2 pada garis 145 derajat bujur timur (di atas Papua Niugini).

Tekanan turun

Harian Kommersant, Rusia, Kamis (9/8), seperti dikutip kantor berita Ria Novosti menyebut kegagalan mesin ketiga Briz-M dipicu adanya benda asing dalam pipa bahan bakar. Data telemetri yang menunjukkan kinerja roket atau satelit yang dipantau dari Bumi menunjukkan tekanan bahan bakar turun drastis sehingga kinerja mesin roket turun drastis.

”Kemungkinan ada kebocoran dalam pipa saluran bahan bakar sehingga Briz-M dan satelitnya tidak bekerja sesuai rencana,” kata Wicak.

NASA Spaceflight menyebut tangki bahan bakar Briz-M memang baru dimodifikasi dari enam tangki kecil menjadi dua tangki besar bertekanan tinggi dengan kapasitas 80 liter. Pengubahan itu dilakukan bersamaan dengan pemindahan instrumen pengendali guna mengurangi beban kejut ketika tangki bahan bakar dibuang.

Kegagalan ini membuat badan antariksa Rusia, Roskosmos, menangguhkan semua peluncuran roket Proton-M sampai ada hasil penyelidikan resmi.

Tingkat kesuksesan Briz-M yang selalu digunakan pada Proton-M memang tidak setinggi roket pengorbit lain. Roket buatan Khrunichev State Research and Production Space Center ini setidaknya telah enam kali gagal dari 18 kali peluncuran sejak tahun 1999.

Robertus Heru Triharjanto, pakar teknologi dirgantara Lembaga Penerbangan dan Antarariksa Nasional (Lapan), mengatakan, roket Proton-M berbeda dengan Ariane buatan Perancis dan sejumlah negara Eropa atau Long March buatan China.

Ariane pernah digunakan untuk meluncurkan Telkom-1 pada 1995 dan Telkom-2 pada 2005. Adapun Long March digunakan untuk meluncurkan Palapa-D pada 2009.

Menurut Robertus, seluruh rangkaian penempatan satelit ke orbit tujuan dengan Ariane dan Long March hanya butuh tiga puluhan menit. Ini karena mekanisme peluncurannya tidak menggunakan orbit parkir dan orbit sementara, tapi langsung ke orbit geostasioner.

”Ketika terjadi kegagalan pada sistem ini, ada energi di satelitnya yang memungkinkannya bermanuver menuju orbit tujuan,” kata dia. Imbasnya, masa hidup satelit hanya tinggal separuh dari masa hidup awalnya.

Sebaliknya, Proton-M yang menggunakan sistem orbit parkir pada ketinggian 100 kilometer dan orbit transfer membuat perjalanan dari Bumi menuju orbit geostasioner perlu lebih dari 9 jam. Satelit tidak dilengkapi dengan energi untuk bermanuver sehingga tenaga untuk mengantarkan ke orbit tujuan bergantung sepenuhnya pada energi roket.

”Hampir dipastikan satelit tidak bisa diselamatkan,” katanya.

Wicak menambahkan, Briz-M didesain tidak dapat dikendalikan dari Bumi untuk dihidupkan kembali. Jika terhenti, ia dapat melanjutkan sisa perjalanannya menggunakan bahan bakar satelitnya. Padahal, bahan bakar satelit ini untuk menjaga hidup satelit itu selama 15 tahun ke depan.

Jika dipaksakan, satelit mencapai orbit tujuan, dipastikan umur hidup satelit akan sangat singkat. Ini jelas tidak menguntungkan karena pendapatan dari sewa jasa satelit yang akan diperoleh tidak sebanding dengan investasi yang sudah dikeluarkan. ”Lebih baik tunggu 2-3 tahun hingga pihak asuransi mengganti dengan satelit baru,” katanya.

Sampah antariksa

Terhentinya perjalanan Briz-M beserta Telkom-3 dan Express MD-2 membuat benda-benda tersebut hanya akan menjadi sampah antariksa. Mereka bisa menabrak satelit-satelit aktif lain di ketinggian mereka berada saat ini dan membayangi penduduk Bumi yang khawatir tertimpa kejatuhannya.

Peneliti Matahari dan Antariksa Lapan yang juga Track-It Development pada Realtime Space Debris Surveillance, Lapan, Abdul Rachman, mengatakan, jika menunggu peluruhan orbit alami, benda itu akan jatuh ke Bumi pada 16 tahun mendatang.

Peluruhan orbit alami terjadi karena setiap benda pada ketinggian di bawah 2.000 kilometer akan bertabrakan dengan molekul-molekul atmosfer Bumi. Karena itu, kecepatan satelit makin lama makin berkurang dan ketinggiannya pun makin rendah hingga akhirnya jatuh ke Bumi.

”Selama benda ini belum jatuh ke Bumi, ia akan terus ’menghantui’ manusia Bumi,” kata Abdul.

Modifikasi dapat dilakukan untuk menurunkan orbit Briz-M beserta kedua satelitnya. Ini akan membuat benda tersebut lebih cepat jatuh ke Bumi.

Rusia merencanakan memisahkan kedua satelit ini dari Briz-M sehingga potongannya saat masuk atmosfer Bumi lebih kecil. Langkah ini juga akan mengurangi potensi bahaya di Bumi. Selain itu, proses kejatuhan akan dikendalikan hingga pecahannya akan jatuh di laut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com