Di wilayah kutub hingga subtropis ada pergerakan gelombang massa udara di atmosfer yang melingkari kawasan. Gelombang ini terus mengalir ke arah timur tanpa putus bak ”ban berjalan”. Ketika pergerakannya terganggu, muncul cuaca ekstrem. Itulah yang terjadi saat ini di Eropa.
Gelombang itu disebut gelombang Rossby sesuai nama penemunya, Carl-Gustav Rossby, pada tahun 1930-an. Gelombang itu berjalan karena dipicu oleh dua pusat tekanan udara rendah di Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik. Tepatnya di utara Samudra Atlantik dan perairan sekitar Kuroshio, Jepang, di Pasifik.
Karena dua ”motor penggerak” itulah gelombang Rossby terus bergerak ke arah timur, dengan pola naik turun, baik secara vertikal maupun horizontal. Bila pergerakannya terganggu atau terhenti, keseimbangan pola distribusi massa udara itu pun terganggu hingga menimbulkan cuaca ekstrem di lokasi gelombang itu ”parkir”. Hal ini terjadi karena akumulasi tekanan udara dan massa udara di daerah itu.
Cuaca ekstrem di Eropa merupakan dampak dari tingginya suhu di kawasan tropis. Akibatnya, massa udara di lintang yang tinggi, termasuk kutub utara, yang bertekanan tinggi bergerak ke selatan menuju ke kawasan tropis, demikian Edvin Aldrian, Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Kondisi tahun ini lebih parah dibandingkan tahun 2010. Menurut Edvin, doktor meteorologi dari Max Planck Institut di Jerman, ini ditunjukkan dengan munculnya hujan salju hingga di Afrika Utara, yaitu di Aljazair, Libya, dan Tunisia.
Artinya, suhu di wilayah
Dikaitkan dengan fenomena gelombang Rossby, cengkeraman cuaca ekstrem di Eropa juga hal yang ekstrem. Ketika terjadi gelombang Rossby, pergerakan massa udara dingin di wilayah subtropis (lintang tinggi), perpindahannya ke arah timur berlangsung setelah 10 hari. Namun, cuaca dingin yang ekstrem di Eropa telah bercokol hampir tiga minggu.
Cuaca Ekstrem di wilayah subtropis, menurut analisis Edvin, merupakan dampak dari perubahan iklim. ”Pada tahun mendatang ancaman tersebut akan semakin besar karena tahun 2013 merupakan puncak dari intensitas matahari atau bintik matahari,” kata Edvin. Munculnya banyak bintik matahari akan menyebabkan badai matahari lebih besar daripada yang terjadi awal Februari.
Cuaca ekstrem ini terkait dengan perubahan iklim global. Edvin menengarai hal ini mulai muncul tahun 2010. Pada tahun itu, Australia yang terkena dampaknya, yaitu ada hujan sangat lebat hingga menimbulkan banjir yang meluas. Padahal, saat itu Australia sedang musim kemarau.