Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Eropa Dilanda Cuaca Ekstrem?

Kompas.com - 11/02/2012, 03:41 WIB

Di wilayah kutub hingga subtropis ada pergerakan gelombang massa udara di atmosfer yang melingkari kawasan. Gelombang ini terus mengalir ke arah timur tanpa putus bak ”ban berjalan”. Ketika pergerakannya terganggu, muncul cuaca ekstrem. Itulah yang terjadi saat ini di Eropa.

Gelombang itu disebut gelombang Rossby sesuai nama penemunya, Carl-Gustav Rossby, pada tahun 1930-an. Gelombang itu berjalan karena dipicu oleh dua pusat tekanan udara rendah di Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik. Tepatnya di utara Samudra Atlantik dan perairan sekitar Kuroshio, Jepang, di Pasifik.

Karena dua ”motor penggerak” itulah gelombang Rossby terus bergerak ke arah timur, dengan pola naik turun, baik secara vertikal maupun horizontal. Bila pergerakannya terganggu atau terhenti, keseimbangan pola distribusi massa udara itu pun terganggu hingga menimbulkan cuaca ekstrem di lokasi gelombang itu ”parkir”. Hal ini terjadi karena akumulasi tekanan udara dan massa udara di daerah itu.

Cuaca ekstrem di Eropa merupakan dampak dari tingginya suhu di kawasan tropis. Akibatnya, massa udara di lintang yang tinggi, termasuk kutub utara, yang bertekanan tinggi bergerak ke selatan menuju ke kawasan tropis, demikian Edvin Aldrian, Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.

Lebih parah

Kondisi tahun ini lebih parah dibandingkan tahun 2010. Menurut Edvin, doktor meteorologi dari Max Planck Institut di Jerman, ini ditunjukkan dengan munculnya hujan salju hingga di Afrika Utara, yaitu di Aljazair, Libya, dan Tunisia.

Artinya, suhu di wilayah tropis sangat tinggi dan tekanan sangat rendah. Akibatnya, timbul tarikan yang terlalu kuat massa udara di kutub hingga berdampak turun salju terlalu jauh ke selatan. ”Ini merupakan kejadian luar biasa,” ujarnya.

Dikaitkan dengan fenomena gelombang Rossby, cengkeraman cuaca ekstrem di Eropa juga hal yang ekstrem. Ketika terjadi gelombang Rossby, pergerakan massa udara dingin di wilayah subtropis (lintang tinggi), perpindahannya ke arah timur berlangsung setelah 10 hari. Namun, cuaca dingin yang ekstrem di Eropa telah bercokol hampir tiga minggu.

Cuaca Ekstrem di wilayah subtropis, menurut analisis Edvin, merupakan dampak dari perubahan iklim. ”Pada tahun mendatang ancaman tersebut akan semakin besar karena tahun 2013 merupakan puncak dari intensitas matahari atau bintik matahari,” kata Edvin. Munculnya banyak bintik matahari akan menyebabkan badai matahari lebih besar daripada yang terjadi awal Februari.

Cuaca ekstrem ini terkait dengan perubahan iklim global. Edvin menengarai hal ini mulai muncul tahun 2010. Pada tahun itu, Australia yang terkena dampaknya, yaitu ada hujan sangat lebat hingga menimbulkan banjir yang meluas. Padahal, saat itu Australia sedang musim kemarau.

Osilasi Arktik

Laporan dari Badan Layanan Informasi Cuaca PBB, Selasa (7/2), menyebutkan, tingkat pembekuan yang tinggi di Eropa yang menewaskan sekitar 400 orang itu diperkirakan akan mulai mereda minggu depan. Tapi suhu yang rendah akan bertahan sampai akhir bulan ini.

Omar Baddour, ilmuwan dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), mengatakan, sistem tekanan udara yang tinggi di Siberia dan badai saat ini tengah bergerak ke timur dari Samudra Atlantik ke Eropa sehingga menghambat penurunan suhu di benua itu.

Ia menyebut kondisi anomali cuaca itu dengan Osilasi Arktik yang terjadi akibat perbedaan tekanan udara di polar (kutub) utara dan kawasan subtropis. Saat ini yang terjadi adalah Osilasi Arktik berfase negatif yang menyebabkan terjadinya kondisi cuaca dingin atau ekstrem di Eropa dan sebaliknya relatif hangat di Kutub Utara.

Osilasi Arktik atau mode lingkaran pergerakan massa udara di belahan bumi utara (Northern Hemisphere Annular Mode) adalah indeks dari pola dominan variasi tekanan permukaan laut di utara, yaitu di 20 derajat Lintang Utara. Ini bukan kejadian musiman, melainkan kondisi anomali. Kondisi ini bervariasi dari waktu ke waktu tanpa ada periodisitas tertentu. Hal ini ditandai dengan anomali tekanan dari di Kutub Utara dengan anomali sebaliknya yang berpusat di sekitar 37-45 derajat Lintang Utara.

Saat ini, suhu mendekati minus 40 derajat celsius di beberapa bagian Eropa Tengah. Kondisi ini merupakan kejadian luar biasa, kata Baddour. Namun, suhu minimum yang terjadi di kawasan ini bukan merupakan rekor baru.

(YUNI IKAWATI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau