Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Evolusi Manusia Bali

Kompas.com - 30/12/2011, 05:37 WIB
Yunanto Wiji Utomo

Penulis

Meski ada beberapa hambatan seperti rentang waktu penelitian yang panjang dan jumlah sampel, penelitian tetap dilakukan. Aspek genetika penyebab kegemukan ditelisik.

Tim peneliti memeriksa 10 gen yang menjadi faktor resiko kegemukan. Dari 10 gen, dua diantaranya ialah UCP2 dan ADRB3. UCP2 adalah gen yang berkaitan dengan sekresi insulin sementara ADRB3 terkait dengan peningkatan berat badan. Keduanya juga merupakan faktor resiko munculnya Diabetes Mellitus Tipe 2 (T2DM).

Untuk UCP 2, dilihat perubahan basa tunggal Ala55Val dan G(-866)A yang biasanya terkait dengan kegemukan. Berdasarkan hasil studi yang sebentar lagi akan dipublikasikan, polimorfisme pada gen tersebut berpengaruh pada prevalensi obesitas. Contohnya, perubahan basa tunggal pada G(-866)A berkaitan dengan tingginya kadar trigliserida pada pria. Pada wanita, terdapat asosiasi antara perubahan basa tunggal dengan prevalensi diabetes mellitus tipe 2.

Sementara, studi pada ADRB3 melihat pengaruh alel Arg64 dan Trp64 dengan obesitas. Hasil menunjukkan bahwa Alel Arg64 berpengaruh pada obesitas perempuan yang hidup di pedesaan, Pedawa dan Penglipuran. Meski demikian, tidak bisa dikatakan juga bahwa alel tersebut tidak berpengaruh di perkotaan. Efek genetik di kota mungkin sedikit kabur karena banyaknya faktor lingkungan yang mempengaruhi manusianya.

Dalam studi ADRB3 yang dipublikasikan di jurnal BMC Research Notes tahun 2011 itu, terlihat juga bahwa alel Arg64 juga berkaitan dengan prevalensi metabolic syndrome, meliputi peningkatan WC, FPG dan HDL. Sebanyak 45 persen pria yang mempunyai metabolic syndrome di wilayah perkotaan memiliki alel itu.

Hasil studi yang dipublikasikan bisa dikatakan masih gejala awal. Penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar masih harus dilakukan untuk meneguhkan bahwa proses yang terjadi saat ini adalah bentuk niche construction. Selain itu, masih perlu dilakukan pemeriksaan terhadap netral marker yang dimiliki. Pemeriksaan netral marker sendiri rencananya akan dimulai tahun depan.

Tantangan kesehatan

Terlepas dari apakah proses yang terjadi merupakan niche construction atau bukan, perubahan manusia Bali perkotaan tak bisa dibantah. Studi menunjukkan bahwa obesitas di wilayah Bali perkotaan dua kali lipat dari wilayah pedesaan. Ini menuntut perhatian. Obesitas bisa memicu munculnya penyakit diabetes mellitus, kardiovaskuler dan perlemakan hati.

Karenanya, perlu diupayakan edukasi bagi masyarakat Bali untuk memiliki gaya hidup sehat. Contohnya dengan makan makanan yang sehat. Bila tidak, penyakit jantung, gula serta hati akan semakin umum dijumpai di Bali.

Genetic background orang Bali saat ini masih pertanian. Tidak cocok kalau makan fast food seperti orang barat atau nasi yang jumlahnya banyak sekali,” ungkap Safarina yang bersama tim peneliti di Eijkman memiliki kepakaran dalam bidang DNA mitokondria, DNA yang terdapat di organel sel yang berperan memproduksi energi. Menurutnya, komposisi makanan manusia Bali seharusnya terdiri dari banyak sayuran, buah dan nasi secukupnya.

Perubahan menjadi lebih gemuk tidak hanya dijumpai di Bali. Di negara-negara yang sudah mengalami industrialisasi lebih dulu, perubahan sudah terjadi. Edukasi tentang pola makan dan gaya hidup membuat mereka dalam kondisi yang lebih mampu menyesuaikan saat ini.

Sementara itu, perhatian lain juga harus diberikan pada subak yang sudah ada sejak ribuan tahun lampau. Bila jumlah subak makin berkurang akibat diubah menjadi tempat atau fasilitas pendukung pariwisata, masyarakat Bali akan menghadapi tantangan pangan, kekeringan dan kekurangan air minum. Pada akhirnya, ini akan memaksa masyarakat Bali juga berubah secara genetik, berevolusi. Sayangnya, evolusi tak terjadi dalam waktu singkat, berlangsung dalam jangka waktu ribuan tahun. Dan, evolusi pun menyakitkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau