Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terumbu Karang untuk Anak-Cucu

Kompas.com - 12/08/2011, 02:57 WIB

Herpin Dewanto

Pulau Serangan, Denpasar, Bali, pernah menjadi ”surga” bagi para pencongkel terumbu karang. I Wayan Patut tak dapat tinggal diam melihat kerusakan alam bawah laut di desanya bertambah parah. Berkat kegigihannya, kini tidak hanya terumbu karang yang terselamatkan, tetapi juga masa depan warga Pulau Serangan.

Sejak 1992, kondisi pantai di Pulau Serangan mulai rusak karena reklamasi. Pelan-pelan ekosistem laut di sekitar pulau yang berada di Bali bagian selatan itu mulai terganggu. Banyak terumbu karang rusak. Ikan-ikan mulai menghilang dan kehidupan ratusan nelayan di daerah itu semakin sulit.

”Masalahnya, nelayan tetap butuh uang. Maka, mereka mulai mengambil terumbu karang untuk dijual,” kata Patut, awal Agustus lalu, di Denpasar.

Lebih dari 100 nelayan di tempat itu pun memiliki aktivitas baru. Mereka pergi ke laut dengan membawa linggis; menyelam dan mencongkel karang.

Penjualan terumbu karang itu sangat menguntungkan mereka. Dalam satu bulan, seorang nelayan dapat memperoleh hingga Rp 15 juta dari menjual batu-batu karang itu. Padahal, jika mengandalkan penangkapan ikan, separuhnya pun sangat sulit mereka dapatkan.

”Memang menguntungkan untuk jangka pendek. Namun, ke depan, nelayan itu sudah tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Anak dan cucu mereka sudah tidak dapat menikmati hasil laut,” kata Patut.

Terumbu karang merupakan dasar kehidupan biota bawah laut sehingga kerusakan sekecil apa pun sudah mengganggu keseimbangan ekosistem. Apabila terumbu karang rusak, ikan-ikan kecil tak dapat bersembunyi di antara karang. Akibatnya, ikan kecil sulit bertahan hidup, apalagi berkembang sampai dewasa.

Tantangan berat

Melihat kerusakan itu, Patut mulai merintis upaya penyelamatan terumbu karang pada 2002. Ia menyadari tantangannya berat karena harus berhadapan dengan ratusan nelayan yang masih ingin meraup keuntungan dari pengambilan terumbu karang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com