Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bekerja Bersama Masyarakat

Kompas.com - 03/12/2010, 05:39 WIB

Hasil FGD menunjukkan, di Yogyakarta dan Manado masih terdapat ketidaktahuan pada ODHA bahwa penularan dari ibu kepada anak saat melahirkan dan menyusui dapat dicegah. Ketakutan ODHA yang hamil akan stigma sosial menyebabkan mereka menutupi kondisi sebetulnya, sebab ada pekerja kesehatan yang ketakutan ketika mengetahui klien mereka positif HIV.

Di masyarakat sebenarnya ada berbagai upaya yang bisa dicatat. Seperti Yayasan Kusuma Buana yang menekuni pencegahan penyebaran HIV di kalangan pekerja seks komersial. Beberapa tahun terakhir kerja mereka juga terfokus pada pencegahan HIV di kalangan tenaga kerja.

Yayasan Pelita Ilmu bisa dikatakan LSM pertama yang memberi dukungan bagi ODHA melalui pendampingan dan layanan pengobatan. Sejak 2007, lembaga itu menyelenggarakan layanan pencegahan penularan ibu ke anak (PMTCT) di sembilan provinsi.

Belum optimal

Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih mengakui masih banyak yang harus dilakukan untuk menghambat penyebaran HIV/AIDS di Indonesia, khususnya yang berada di lingkup kerja Kementerian Kesehatan. ”Penanganan selama ini masih lebih difokuskan ke hilir, sementara yang di hulu belum optimal,” ujar doktor di bidang sosio-epidemiologi AIDS itu. Menkes adalah Wakil Ketua I Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional yang diketuai Menko Kesra.

Fokus di hilir artinya mencegah dan mengobati yang sudah terinfeksi HIV dengan pengobatan antiretroviral virus (ARV). Sementara penanganan di hulu terkait pencegahan terhadap kelompok berisiko tinggi.

”Yang melalui seks sebenarnya susah,” ujar Endang. ”Promosi kondom serba salah. Saya mengandalkan bantuan teman-teman dari berbagai organisasi. Capaiannya bisa diukur, tetapi dampaknya sulit diukur.”

Menyangkut kelompok kunci, khususnya perempuan pekerja seks, Endang memahami relasi kuasa antara pemberi layanan dan kliennya. ”Satu-satunya cara untuk tahu kondom dipakai atau tidak adalah hadir di situ,” kata dia.

Dalam penelitian disertasinya di lokalisasi Kramat Tunggak, ia memakai metode buku harian berstiker dan lambang kondom yang harus diisi pekerja seks setiap melayani klien. Ternyata yang memakai kondom tak banyak. ”Ada yang katanya enggak keburu, ada yang bilang klien menolak, sementara ia butuh uang.”

Endang juga meluruskan soal diskriminasi oleh pihak medis. ”Pelayanan di rumah sakit dicampur atau dipisah, kedua cara itu diprotes. Persoalannya bagaimana menangani masalah ini dengan dingin dan bebas prasangka,” papar Endang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com