Kedua, kiranya dengan kalkulasi yang lebih akurat bisa dihitung berapa banyak orang yang akan ikut pindah dengan pindahnya ibu kota termasuk segala ikutannya, khususnya magnitude aktivitas dan kendaraan.
Yang segera terbayang adalah 550 anggota DPR dengan 2 stafnya. Kalau akan ditambah menjadi 5 atau 10 staf, tinggal dikalikan. Belum lagi 33 kementerian yang masing-masing mempunyai beberapa puluh eselon I dan II. Semua bisa dipastikan mempunyai mobil dinas dan pribadi. Belum lagi tambahan seluruh pegawainya. Ini masih ditambah sekian banyak lembaga nonkementerian.
Demikian pula ada sekian puluh lembaga ad hoc dan lembaga tinggi, termasuk TNI dan Polri. Kalau para pejabat itu mempunyai mobil dinas dan pribadi masing-masing minimal 2, lumayan banyak mobil yang pindah.
Demikian pula akan ada begitu banyak aktivitas lembaga pemerintah pusat yang ikut pindah. Jangan lupa, setiap hari ada sekian banyak rapat dan koordinasi antarlembaga pemerintah pusat.
Belum lagi aktivitas lembaga pemerintah dengan sektor swasta maupun pemerintah daerah. Semua aktivitas ini membebani transportasi Jakarta karena mengharuskan orang berpindah-pindah dari satu kantor ke kantor lain.
Yang juga perlu dihitung adalah kemungkinan cukup banyak perusahaan swasta yang akan merelokasi kantor pusatnya ke ibu kota baru demi memudahkan koordinasi dengan pemerintah pusat. Mereka yang akan pindah pastilah pimpinan perusahaan yang akan membawa staf, keluarga, dan kendaraan beserta segala aktivitasnya.
Jadi, mengapa kita masih saja berpikir mengalokasikan dana besar-besaran (puluhan bahkan ratusan triliun) untuk membenahi transportasi dan pembangunan Jakarta melampaui daya dukung dan daya tampungnya? Padahal, cepat atau lambat sangat mungkin Jakarta akan tenggelam, paling tidak sebagian akan ambles.
Tentu saja, Jakarta tetap harus dibenahi walaupun ibu kota jadi dipindahkan. Problem kemacetan dan problem ekologis lainnya di Jakarta tetap membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius untuk tetap menjadi sebuah kota perdagangan dan industri yang layak huni dan manusiawi.
Yang pasti, dengan memindahkan ibu kota, tekanan ekologis terhadap lingkungan Jakarta akan dengan sendirinya berkurang.
A SONNY KERAF Menteri Negara Lingkungan Hidup (1999-2001)