Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menjelajah Sembilan Bukit Penderitaan

Kompas.com - 22/05/2010, 10:09 WIB

Malamnya kami bertemu dengan penduduk yang turun dari puncak seusai melakukan ritual. Mereka berbondong membawa obor. Mereka berpesan supaya kami berhati-hati membawa logistik. Sebab, primata itu sewaktu-waktu bisa mencuri makanan kami. Dulu, kata penduduk, kera-kera tersebut masih alami. Tapi setelah kedatangan pendaki bule, kera-kera ini jadi manja. Mereka sering diberi makanan keju, roti, kornet, mie instan, dan sebagainya. Maka, salahkan bule jika kera-kera itu jadi pencuri ulung.

Mancing ikan dan kungkum air panas

Hari itu kami istirahat total karena besok masih harus meneruskan perjalanan ke puncak. Tepat pukul 03.00, perjalanan diteruskan. Bedanya kali ini kami harus meninggalkan barang bawaan, kecuali membawa back packing berisi makanan secukupnya.

Butuh waktu 4 jam menuju puncak. Hanya saja kami sempat kewalahan menaklukkan jalur berkerikil dan berpasir. Kami pun mencapai puncak sebelum sunrise. Dari atas pemandangan kepulauan Lombok sangat indah. Bibir-bibir pantai yang melengkung terlihat sangat jelas. Pun Danau Segara Anak.

Konon, menurut penduduk, puncak Gunung Rinjani diyakini masyarakat Lombok sebagai tempat bersemayam ratu jin, penguasa Gunung Rinjani yang bernama Dewi Anjani. Dari puncak ke arah tenggara terdapat sebuah kaldera lautan debu yang dinamakan Segara Muncar.

Pada saat-saat tertentu dengan kasatmata dapat terlihat istana Ratu Jin. Pengikutnya adalah golongan jin yang baik-baik. Menurut kisah masyarakat Lombok, Dewi Anjani adalah seorang putri raja yang tidak diizinkan oleh ayahnya menikah dengan kekasih pilihannya. Maka, ia pun menghilang di sebuah mata air yang bernama Mandala dan akhirnya menjadi penguasa dunia gaib.

Percaya atau tidak, toh puncak Rinjani sampai kini diyakini sebagai tempat yang wingit. Namun, kedatangan kami bukan untuk mengganggu penunggu Rinjani. Kami datang dengan damai sambil mengibarkan bendera Merah Putih berkibar di puncak Rinjani berikut almamater kebanggaan. Ini adalah momen tak terlupakan. Kami pun mengabadikannya lewat kamera poket.

Satu jam di puncak membuat tubuh menggigil disapu angin. Kami turun dan memutuskan untuk ke danau. Sekali lagi, perjalanan ke Danau Segara Anak kami tempuh dengan super hati-hati. Selain terjal juga berbatu-batu. Kalau perlu merambat dan merangkak untuk sampai ke bawah. Kadang harus berpegangan pada akar-akar yang menjuntai di bibir tebing agar tak terjatuh. Terus terang kami hanya geleng kepala melihat rute yang curam. Semoga saja tak memakan korban jiwa.

Sesampai di danau, tak ada yang bisa mewakili kegembiraan tim. Seketika rasa letih sehabis memanggul beban berat tiba-tiba sirna.

Warna air kebiru-biruan Danau Segara Anak telah menyejukkan kami. Inilah salah satu keeksotisan Gunung Rinjani, yakni Danau Segara Anak yang terbentuk secara vulkanik akibat letusan Gunung Rinjani. Danau ini terletak di ketinggian 2.800 meter di atas permukaan laut, kaya akan flora fauna.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com