Jakarta, Kompas -
”Belum ada di dalam literatur, meteor relatif kecil yang jatuh ke permukaan Bumi mampu melelehkan silika yang temperatur titik leburnya sampai 1.600 derajat celsius,” kata Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim pada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, Jumat, dalam konferensi pers di Kementerian Riset dan Teknologi, Jakarta.
Djamaluddin mengatakan hal itu setelah meneliti sampel batuan dari lokasi jatuhnya meteor di Bima. Sampel itu diambil tim peneliti Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dari lokasi jatuhnya meteor.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Geologi Institut Teknologi Bandung. Hasilnya, sampel itu bukanlah batu meteor, melainkan batuan beku berupa lelehan silika akibat tertimpa meteor. Kandungan silika banyak terdapat di dalam pasir.
Menurut Djamaluddin, meteor di Bima jatuh di tanah berpasir. Pada tempat jatuhnya meteor terdapat lubang berdiameter 0,5 meter dengan kedalaman 1-2 meter.
”Besarnya meteor yang jatuh diindikasikan tidak lebih dari ukuran satu butir kelapa,” kata Djamaluddin.
Menurut dia, batuan meteorit yang sesungguhnya masih perlu dicari. Kemungkinannya batuan itu masih ada di dalam lubang tanah tersebut.
Aries Setyarto dari Bapeten menunjukkan sampel batuan yang diambil dari lokasi jatuhnya meteor di Bima. Menurut Aries, sesuai dengan kapasitas Bapeten, sampel itu telah diteliti dan dinyatakan terbebas dari radioaktif.
Deputi Menteri Riset dan Teknologi Bidang Program Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Teguh Rahardjo mengatakan, lokasi jatuhnya meteor di Bima sekarang sudah diacak-acak warga.