Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meteorit di Bima Miliki Kejanggalan

Kompas.com - 15/05/2010, 04:14 WIB

Jakarta, Kompas - Batuan meteorit yang jatuh di Pegunungan Wawo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, Senin (3/5) malam, dinilai memiliki kejanggalan karena diindikasikan suhunya terlampau tinggi.

”Belum ada di dalam literatur, meteor relatif kecil yang jatuh ke permukaan Bumi mampu melelehkan silika yang temperatur titik leburnya sampai 1.600 derajat celsius,” kata Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim pada Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Thomas Djamaluddin, Jumat, dalam konferensi pers di Kementerian Riset dan Teknologi, Jakarta.

Djamaluddin mengatakan hal itu setelah meneliti sampel batuan dari lokasi jatuhnya meteor di Bima. Sampel itu diambil tim peneliti Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) dari lokasi jatuhnya meteor.

Penelitian dilakukan di Laboratorium Geologi Institut Teknologi Bandung. Hasilnya, sampel itu bukanlah batu meteor, melainkan batuan beku berupa lelehan silika akibat tertimpa meteor. Kandungan silika banyak terdapat di dalam pasir.

Menurut Djamaluddin, meteor di Bima jatuh di tanah berpasir. Pada tempat jatuhnya meteor terdapat lubang berdiameter 0,5 meter dengan kedalaman 1-2 meter.

”Besarnya meteor yang jatuh diindikasikan tidak lebih dari ukuran satu butir kelapa,” kata Djamaluddin.

Menurut dia, batuan meteorit yang sesungguhnya masih perlu dicari. Kemungkinannya batuan itu masih ada di dalam lubang tanah tersebut.

Aries Setyarto dari Bapeten menunjukkan sampel batuan yang diambil dari lokasi jatuhnya meteor di Bima. Menurut Aries, sesuai dengan kapasitas Bapeten, sampel itu telah diteliti dan dinyatakan terbebas dari radioaktif.

Diacak-acak

Deputi Menteri Riset dan Teknologi Bidang Program Riset Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Teguh Rahardjo mengatakan, lokasi jatuhnya meteor di Bima sekarang sudah diacak-acak warga.

”Jika ada warga yang menemukan meteor, agar menyerahkan kepada institusi terkait untuk penelitian lebih lanjut,” kata Teguh.

Djamaluddin memaparkan pula indikasi jatuhnya meteor dalam sebulan terakhir. Pada 14 April 2010, meteor dengan diameter 1 meter jatuh di Wisconsin, Amerika Serikat.

Pada 15 April 2010, dugaan meteor jatuh mengakibatkan kebakaran rumah di Aceh. Akan tetapi, dipastikan tidak ada indikasi meteorit, melainkan akibat hubungan pendek arus listrik yang mengakibatkan kebakaran rumah.

Pada 29 April 2010, dugaan meteor jatuh di Duren Sawit, Jakarta. Lapan sudah menyimpulkan, ada indikasi kuat itu merupakan meteor dengan ukuran sebesar buah kelapa meski hingga kini belum ditemukan bukti sampel batuan meteoritnya.

Pada 1 Mei 2010, dugaan meteor jatuh di Malang, Jawa Timur, mengakibatkan kebakaran. Akan tetapi, rupanya karena kebocoran gas yang menimbulkan ledakan akibat percikan api dari sakelar otomatis pompa air.

Terakhir, pada 3 Mei 2010, dugaan meteor jatuh di Bima. Menurut Djamaluddin, indikasi kuat itu adalah meteor jatuh. Namun, kejanggalan terjadi pada paparan di atas, yaitu suhunya terlampau tinggi. (NAW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau