Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapkah Hadapi Transgenik

Kompas.com - 30/03/2010, 03:16 WIB

Tergantung pilihan

Produk benih jagung transgenik kini terus berkembang pesat. Tidak saja menawarkan tahan herbisida, tetapi juga tahan insektisida atau hama penyakit.

Monsanto, produsen benih raksasa asal AS, mulai menawarkan tanaman jagung transgenik yang memiliki dua keunggulan itu di Filipina. Dengan merek dagang DK 9132 RRC2/YG. RRC2/YG berarti tahan herbisida dan hama penyakit, terutama penggerek batang, bule, dan buah serta ulat daun.

Sering dijumpai saat menanam jagung petani disibukkan dengan kehadiran gulma. Perlu dana khusus untuk menyiangi gulma agar pertumbuhan tanaman jagung optimal.

Dalam kegiatan usaha tani jagung skala luas, penyiangan jagung dari gangguan gulma, baik gulma keras dalam bentuk alang-alang maupun gulma lunak, sangat merepotkan. Ongkos tenaga kerja yang harus dikeluarkan juga besar.

Dengan benih transgenik tahan herbisida, petani tak perlu menyiangi gulma. Tanaman jagung yang tengah tumbuh bisa disemprot herbisida bersamaan dengan gulmanya. Gulma mati, pertumbuhan jagung tak terganggu. Ini terjadi karena gen yang tahan herbisida ditransfer ke benih jagung DK 9132.

Adapun benih jagung yang tahan insektisida lebih tahan terhadap ulat jagung, baik ulat daun maupun buah, serta tahan penyakit bule. Bagi petani Filipina, biaya untuk membeli insektisida per hektar mencapai 3.000 peso atau sekitar Rp 750.000 sehingga hadirnya benih transgenik amat menekan biaya produksi.

Bagi petani Filipina, serangan hama penyakit jagung tak terelakkan lagi. Dalam kondisi tertentu, hama penyakit bisa menyerang tanaman jagung hingga luasan 60-80 persen dari total pertanaman 500.000 hektar.

Adapun gangguan gulma juga sangat merepotkan. Petani Filipina kesulitan menyiangi gulma karena minim tenaga kerja. Banyak warga Filipina yang memilih pergi ke kota daripada menjadi buruh tani. Dua masalah itulah yang membuat petani jagung Filipina berpaling ke jagung transgenik.

Petani Filipina umumnya memiliki lahan pertanian yang relatif lebih luas dari kepemilikan petani Indonesia. Di Tarlax, misalnya, banyak petani yang memiliki lahan pertanian lebih dari dua hektar. Luasnya kepemilikan lahan membuat petani kesulitan melakukan penyiangan secara manual.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com