Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siang Hari Pun Nyanyian Kodok itu Terdengar

Kompas.com - 18/09/2008, 06:25 WIB

Kini warga menggunakan lampu pelita. Namun, karena minyak tanah jauh dari pasar, sebagian besar warga menggunakan daging buah kemiri yang ditumbuk halus bersama kapas, kemudian dibalutkan pada batangan lidi, lalu dibakar hingga menyala untuk penerangan di rumah.

Tidak ada kios di desa itu, kecuali beberapa warga yang menjual rokok dan arak. Dua barang ini laris di desa itu. Malam menjelang tidur kebanyakan kaum pria menenggak arak dan merokok terlebih dahulu agar tidur lebih lelap, tidak terpengaruh rasa dingin.

Sebagian besar rumah beratap seng dan berdinding bambu. Malam hari cuaca sangat dingin sampai atap seng mengeluarkan embun dan menetesi penghuni rumah. Kebanyakan rumah tanpa plafon.

Pendatang baru di desa itu tidak dapat menghindari sakit radang tenggorokan, flu, batuk, dan pilek. Di desa itu tidak ada bidan desa atau polindes. Jika sakit, warga harus berjalan kaki 15 km menuju puskesmas di Baniona.

Lolongan anjing di tengah kegelapan mengusik rasa sepi di tengah malam. Suasana begitu gelap, hanya terdengar suara gong dan tambur sebagai tanda memulai upacara adat di desa itu.

Tidak ada televisi, radio, atau deringan telepon seluler. Telepon genggam pun cepat kehabisan baterai karena dingin. Namun, di tengah kegelapan itu, penghuni rumah terus bekerja menguliti buah pinang untuk dikeringkan.

Tidak ada WC di sekitar rumah. Pagi hari para tamu atau pengunjung bersama penduduk setempat pergi ke hutan sekitar guna membuang hajat atau air kecil. Anjing, ayam, dan ternak babi berkeliaran di sekitar hutan itu.

Meski sanitasi buruk, kebanyakan warga tampak sehat. Mereka tidak tertular penyakit diare atau muntaber, kecuali penyakit kulit, seperti panu dan kudis. Kebanyakan warga tidak mandi pagi hari, kecuali beberapa orang membasuh muka dan gosok gigi. Rasa dingin membuat warga enggan mandi pagi hari.

Pada Senin 11 Agustus 2008 pukul 12.30, saya meninggalkan desa itu menuju pertigaan Mewet untuk mendapatkan ojek menuju Waiwerang, kemudian dari Waiwerang menggunakan perahu motor terus ke Larantuka. Perjalanan dilanjutkan ke Maumere untuk mendapatkan tiket pesawat yang setiap hari, pagi dan sore, ke Kupang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Video Pilihan Video Lainnya >

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads

Copyright 2008 - 2023 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com